Jumat, 21 Agustus 2015

NAFSU BIRAHI CITRA : DIENTOT TETANGGA DAN DISODOMI TUKANG SATE


jospoker.com


Semenjak persetubuhan pertama Citra dan Seto di bioskop beberapa malam kemarin, hari-hari Citra seolah mendadak dipenuhi oleh sosok suami Anissa itu. Pagi, siang malam, Citra tak henti-hentinya selalu tersenyum bahagia.TIIT...TIIITTT... TIIT...TIIITTT...Suara dering SMS memecah sunyinya pagi.
"Hehehe..... Mbak liat nggak muka bapak yang sedang liat tetek besarmu kemaren, khan dijewer ama istrinya." Sms Seto.
"Masa sih..?
"Iya Mbak, trus cowo sipit yang photo-photoin kamu juga gitu, matanya kaya mau copot pas liat kamu teler... Ga brenti-brenti selfie..."
"Iya ya..? Kok aku nggak tahu..."
"Gimana bisa tahu kalo kamu sedang merem-melek abis ngecrit keenakan gitu.hehehehe..."
"Huuuu.... Khan ngecritnya juga gara-gara kamu Set... Hihihihi..."
"Enak nggak ngentot ama aku...?"
"Nggak enak... "
"Loh kok....? Padahal Anissa selalu minta nambah loh..."
"Iya bener, enggak enak.... Enggak enak kalo ngentotnya cuman sekali.... Hihihiihi...."

"Kok kamu ketawa-tawa sendiri dek...?" Tanya Marwan melihat istrinya kegelian sambil menatap layar handphonenya.
"Eh mas... Ini loh... Aku sedang bercanda dengan Minda... " Bohong Citra yang sebenarnya sedang berSMS ria dengan Seto.
"Minda temen kantor kamu....?"
"Ho'oh..."

"Hahahaha... Dasar istri binal... Harus dikasih pelajaran...." Sambung Seto
"Pelajaran...? Emangnya aku anak sekolahan...?"
"Iya... Kamu murid nakal yang harus dikasih banyak hukuman..."
"Hukuman apa...?" Tanya Citra
"Disodok-sodok ama kontol... Hehehehe..."
"Uuuuhh... Maaau dooonk... Pasti enak banget tuh..."
"Beneran nih...? Emang kapan bisanya lagi Mbak...?"
"Hmmm... Sekarang juga boleh... Yuk... Mumpung aku masih belom pake baju...."
"Hahahaha. Gila... Masih ada Mas Marwan kali mbak..."
"Nggak apa-apa, khan bisa main threesome..." Tantang Citra
"Bener yaaaa... Aku kesana sekarang nih..." Balas Seto lagi

"Seru amat SMSannya dek...?" Sindir Marwan yang masih terus memperhatikan istrinya, "Aku sampe nggak dibantuin..."

BRUK BRUK BRUK
Bunyi baju Marwan yang ditumpuk sekenanya didalam koper, sama sekali tak beraturan. Berantakan. Sengaja, Marwan berusaha membuat citra mengalihkan perhatiannya dari gadget yang ada ditangannya. Namun sia-sia, Citra masih saja berchit-chat seru dengan handphonenya

"Iya nih mas... Si Minda lagi kasmaran nih.."
"Kasmaran...? Bukannya dia sudah bersuami..? Dan suaminya juga sedang berlayar khan..?"
"Iya ... Minda sedang naksir tetangganya... Lucu banget deh mas.. Hihihihi...."
"Naksir tetangga.? Kaya kamu naksir Seto gitu..?"

Mendengar sindiran Marwan Citra buru-buru menghentikan chattingnya.

"Ehh.. Ka. Kamu jadi pergi lagi mas...?" Tanya Citra yang buru-buru membantu suaminya packing. Merapikan bajunya supaya muat kedalam koper.
"Iya Dek... Sepertinya proyek tanah aku yang di kota perlu penanganan serius... Jadi aku harus lebih banyak jaga disana... Yaaah... Moga-moga aja tembus deh..." Jelas Marwan.
"Moga-moga tembus ya Mas.. "
"Semoga aja begitu... Jadinya mas khan bisa segera panen..."
"Panen....? Yeeeiy.. Itu artinya aku bisa belanja lagi donk mas..?" Celetuk Citra girang, " Beli perhiasan, perabotan, nambah baju, rok, tas, boleh ya mas...?"
"Iya.iya.... Boleh kok sayangnya akuuuu... Makanya doain aku terus..."

TIIT...TIIITTT... TIIT...TIIITTT...
Suara dering handhone Citra berbunyi, tapi ia mengacuhkannya.

"Pasti mas... Jadi kira-kira berapa lama kamu bakal keluar kota mas...?"
"Yaaaahh... Mungkin semingguan dek... Emangnya kenapa...?"

TIIT...TIIITTT... TIIT...TIIITTT...

"Nggak kenapa-napa mas... Cuman, kalo kamu lama dikota, khan aku jadi kesepian..."
"Kamu ajak aja si Anissa buat nginep bareng dek.... "
"Beneran mas..?"
"Iya... Khan sudah biasa kamu ajak Anissa nginep... Asal kamu nggak ngajak suaminya Anissa buat nginep aja..."
"Ih kamu mas... Ada-ada aja.... Hihihihi...." Geli Citra sambil terus membantu Marwan mengemasi pakaiannya, "Kamu belom tahu aja mas, kalau istri tercintamu ini malah sudah merasakan kenikmatan bersetubuh dengan Seto....Hihihi... " Batin Citra.

TIIT...TIIITTT... TIIT...TIIITTT...

"Ya sudah, kamu beresin semua baju aku ya Dek... Aku mau mandi dulu..." Ucap Marwan sambil berlalu meninggalkan Citra sendiri di dalam kamar.

TIIT...TIIITTT... TIIT...TIIITTT...
Suara dering SMS handhone Citra terus-terusan berbunyi. Berhubung marwan sedang ke kamar mandi, ia buru-buru mengambil handphonenya dan membaca semua pesan yang masuk.

"Cantik..."
"Sayang..."
"Semok..."
"Memek pereeeettt..."
"Tetek bruuutaaaalll.."
"Istri binaaalll..."

Membaca berbagai macam sebutan cinta Seto untuknya, Citra hanya bisa tersenyum.
"Iyaaaaa kontol peyooootttt.... Sabar napa... Tadi aku sedang ngobrol ama Mas Marwan..."
"Hehehe.. Gimana.? Jadi ngentot bertiga nggak...?"
"Hmmm.... Jadi nggak yaaa...?"
"Udah.. Jadi aja ya.... Aku sudah didepan nih... Gapapa deh, parohan badan ama suami kamu, yang penting aku dapet nyodok-nyodok kontolku ke memek kamu mbak... hehehe..."
"Hihihihi... Otak mesum.... Udah ah... Kita berangkat kantor aja dulu... Urusan nyodokin memek akunya, ntar malem aja..."

Buru-buru, istri marwan segera berpakaian lalu berjalan kebelakang, pamit kepada suaminya.
"Mas... Aku jalan dulu yaaa...." Teriak Citra dari luar pintu kamar mandi.
"Udah mau jalan Dek...?" Jawab Marwan.
"Iya mas... Si Seto ngajakin berangkat bareng lagi..."
"Looohh.. Kok sama Seto... "
"Gapapa ya maaaasss...? Khan cuman nganterin doang...."
"Memangnya Pak Utet kemana sih...? Udah hampir seminggu ini dia ga pernah muncul...?"
"Pak Utet...? Hmmm Pak Utet sudah nggak bisa jemput aku lagi mas.... Dia sekarang tiap pagi harus nganter bininya belanja kepasar..." Bohong Citra.

***

Tragedi sabtu kelabu. Begitulah Citra menyebutnya. Saat dimana perselingkuhannya dengan Pak Utet diketahui oleh Pak Darjo, si pemilik kontrakan. Dan semenjak saat itu, Pak Utet menjadi jarang bermain ke rumah Citra.

"Nggak boleh ketemu kamu dirumah khan bukan berarti nggak kita nggak bisa jalan lagi Neng. Bapak masih bisa melayani nafsu birahimu dikantor..." Ucap Pak Utet sembari menurunkan resleting celananya. Lalu mengeluarkan penis besarnyanya. Menyajikan kepada Citra yang sedang duduk di meja kerjanya.

Tak perlu waktu lama, penis Pak Utet langsung menjulang tinggi. Menegang keras, disertai kedutan-kedutan birahinya. Seperti hari-hari sebelumnya yang sepi, siang itu Pak Utet kembali mengajak istri Marwan itu untuk memuaskan birahinya.

"Yuk Neng.... Aku sudah siap nih...." Kata Pak Utet santai sambil menepuk-nepuk dan menggoser-goserkan batang penisnya yang sudah mengeras itu di lengan Citra. Sengaja memepperkan cairan birahinya ke kulit mulus wanita yan ada disampingnya, "Kita tuntasin persetubuhan kita yang tertunda kemaren..." Ucap Pak Utet sambil mulai meremasi payudara Citra dari luar blousenya.

"Nggak pak... Sepertinya kita jangan terusin hubungan ini lagi.. Aku takut..." Tolak Citra.
"Takut apaan...? Ngentot itu enak Neng.... Sama sekali nggak nakutin... Hakhakhak..." Kata Pak Utet yang mulai mengocoki penisnya perlahan.
"Nggak pak."
"Kok enggak sih neng....? Kenapa...?"
"Aku takut kita ketahuan orang lain lagi Pak... "
"Ketahuan ama siapa....? Wong kantor ini sekarang sepi..." Kata Pak Utet sembari terus mengocok penisnya, "Ayolah Neng... Nih lihat kontol bapak.... Sudah siap nyodok-nyodokin memek kamu..."

Citra menggeleng. Berusaha tak melihat penis besar milik lelaki tua itu. Dirinya tahu, jika sekali saja ia menatap penis besar Pak utet, nafsu birahinya bisa langsung meledak-ledak.

"Beneran Pak... Aku takut..." Kata Citra.
"Takut apaan sih Neng...? Bapak nggak ngerti...?" Tanya Pak Utet bingung.
"Inget nggak pak, ketika kemaren bapak maen kerumah.... Kita ngentot... Trus ketahuan ama Pak Darjo...?"

Pak Utet terdiam. Menyimak setiap perkataan Citra.

"Dia mengancam akan memberitahukan hubungan kita dengan Mas Marwan...."
"Trus... Si Gendut itu lapor suamimu nggak...?"

Citra menggeleng.

"Hakhakhak....Yaudah... Itu tandanya kamu nggak perlu takut Neng.."
"Tapi khan demi supaya Pak Darjo nggak laporin hubungan kita ke Mas Marwan, aku harus mau menjadi...."
"Iya bapak tahu...." Potong Pak Utet singkat. "Kamu harus jadi madunya khan...?"

Wanita cantik itu mengangguk.

"Ya nggak apa-apa kali Neng.... Toh dengan jadi madunya, kamu jadi nggak perlu bingung dengan uang kontrakan.... Udah ada yang nanggung...."

Pemikiran Pak Utet persis seperti apa yang Citra pikirkan kala itu.

"Lagian... Kalo dari yang bapak lihat dari kejadian kemaren, kayaknya kamu benar-benar menikmati jadi madu lelaki gendut itu..."

Citra diam. Wajahnya memerah. Malu. Buru-buru, ia membereskan piring makan siangnya dan beranjak pergi. "Bener juga... Walau jadi madu...Paling tidak, aku tak perlu kebingungan lagi jika Pak Darjo menagih uang kontrakan..." batin Citra sambil berjalan menjauh, meninggalkan Pak Utet yang sedang asyik-asyiknya mengocok batang penisnya dibelakang.

"Loh Neng... Ini gimana...?" Tanya Pak Utet kebingungan.
"Lain kali aja deh pak... " Tolak Citra halus, "Aku sedang nggak mood... "


***

TIIT...TIIITTT... TIIT...TIIITTT...
Suara dering SMS mengagetkan lamunan Citra.

"Memek Perawan... Kamu dimana..?" Pesan Seto lagi.
"Bentaaaarrr...Aku ijin suamiku dulu...."

"Maaaassss... Aku udah kesiangan nih... Aku boleh ya berangkat bareng Seto...?"

CKLEK
Marwan membuka pintu kamar mandinya, sekedar mengecek istrinya.

"Hmmm... Emang ya kamu harus berangkat ama dia...?" Tanya Marwan.
"Lalu...? Aku harus berangkat sama siapa mas...? Pak Utet...? Dia nggak bisa maaaasss.." Balas Citra Sewot, "...Ama kamu....? Kaya kamu bisa aja...."
"Khan masih ada angkot Deekk..."
"Yah mas... Udah siang inih... Kalo mau pake angkot, bisa makin telat aku masuk kantornya..."

Melihat kebawelan istrinya mulai muncul, Marwan buru-buru menyudahi perdebatan mereka. "Yauda deh... Terserah kamu aja...." Ijin Marwan.
"Naaahh.... Gitu doooong....Makasih suamiku sayaaanngg.... Hihihi..." Pamit Citra sambil buru-buru jongkok didepan tubuh telanjang suaminya, lalu mengecup dan menyelomoti penis Marwan yang menggantung manja itu dengan santai.
"Uuuuhhh.... Deeekk..." Desah Marwan keenakan. Merasakan jilatan dan sedotan bibir istrinya, penis basah Marwan yang semula tidur, seketika itu bangun. Tegang, mengeras.

Sengaja, Citra memberikan jamuan paginya sebelum suaminya berangkat keluar kota. Dengan kuat, Citra mencucupi penis suaminya. Berusaha memberikan kenikmatan buat suami tercintanya. "Cuup cupp... Slurrp...Biar kerja ke kotanya semangat ya mas.... Sluuurrppp...."

"Enak banget dekkk..." Desah Marwan sambil mulai memaju mundurkan pinggulnya, mencoba menyetubuhi mulut dan kerongkongan Citra yang menjepit batang kelaminnya lekat-lekat. "Hoooohhhsss.... Mulut kamu berasa kaya memek deeeek.. Enak baaaanggeeetttt...."
"Enyootin haja maaaahhss..." Ucap Citra dengan mulut penuh batang penis Marwan. "Pejuhin istlimu inyih....

"Aku mau keluar dek..." Erang Marwan kuat sambil memegang belakang kepala Citra. Dengan gerakan brutal ia menyodokkan batang penisnya dalam-dalam ke mulut Citra, seolah mulut itu adalah vagina istrinya.
"Ooooohhhh.... Aku nggak tahan lagi dek...Aku keluaaaaarrrr..."

CRET CREEET CREECEET

Penis Marwan meledak dengan nikmat, enam semburan hangat menyerbu kerongkongan Citra, menghantarkan jutaan benih kejantanannya masuk kedalam perut istrinya

"Banyak banget mas pejuhmu..." Ucap Citra genit sambil terus menjilati batang penis suaminya hingga bersih.
"Hooohhmm... Kamu binal banget sekarang dek.."
"Hehehe... Siapa dulu dong suaminya....?" Ucap Citra manja sambil mencium tangan Marwan. "Dah yaaa mas.. Aku berangkat kerja ama Seto dulu....."

“Kok Nasi gorengnya nggak dimakan Mbak…? Aku habisin yaa…Mubazir loh… Hehehe…”

Sambil tersenyum, Citra hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah laku Seto. Lelaki yang akhir-akhir ini begitu menyita waktu dan ruang di hatinya. Suami Anissa itu terlihat begitu lucu, menyenangkan dan enak diajak menghabiskan waktu.

Jarum jam di pergelangan tangan Citra sudah menunjukkan pukul 21.30, itu artinya malam sudah semakin larut. Mendadak, senyum diwajahnya menghilang, tergantikan dengan kerutan tipis didahinya.

Citra sadar jika sebentar lagi, mereka harus mengakhiri pertemuan ini. Pertemuan sepulang kerja yang setidaknya sudah berjalan sekitar dua minggu. Pertemuan sayang sepasang lelaki dan perempuan yang masing-masing dari mereka sudah memiliki keluarga.

Sekilas, Citra melirik layar di handphonenya. Sama sekali tak ada kabar dari Marwan, yang ada justru SMS mesum dari Pak Darjo, si pemilik rumah kontrakan.
“Hallooo Mbak Citra cantik…. Sedang apa …?”
“Mbak Citra, kebetulan aku lewat depan rumahmu… Aku mampir yaaa…?”
“Mbak… Rumahnya kok kosong…? Kata ibu sebelah, suamimu sedang keluar kota ya…? Padahal aku sedang ada perlu ama Mas Marwan…”
“Mbak Cantik… kok SMSku nggak dibales….?”
“Mbak Sayang… Berhubung suamimu nggak dirumah, ntar malem aku temenin yaaa.. Pasti kamu kesepian…”
“Mbaaaakkkk….Kamu pulang jam berapa…?”

Walau Pak Darjo berulang kali mengirimkan SMS, Citra sama sekali tak menghiraukannya. Pikirannya kalut.

“Sialan…Tahu jika dirumah tak ada Mas Marwan…. Pak Darjo pasti ingin meminta jatah tutup mulutnya…” Batin Citra. “Lelaki gendut itu pasti ingin meniduriku…” Mendadak ada sebuah ketakutan dihati Citra. .

“Kenapa mbak….? Kok mukanya pucet gitu…?” Tanya Seto lirih.
“Eee… Nggak ada apa-apa kok Set….” Jawab Citra sambil buru-buru mematikan handphonenya lalu memasukkannya ke dalam tas.
“Bener nggak ada apa-apa…?”

Diam, Citra menggeleng-gelengkan kepalanya.

“Aku malas pulang Set…” Kata Citra pelan.
“Loh kok….? Ntar dicariin suamimu loh…”

Citra diam lagi, menarik nafas panjang, lalu menghembuskannya pelan.

“Mas Marwan malam ini nggak pulang….” Jelas Citra, “ Malam besok juga… Dan malam besoknya lagi.. Malam besoknya lagi… Dia kira-kira semingguan dikota….”
“Oooowww…” Ucap Seto sambil menenggak es teh disampingnya, “GLEG GLEG GLEG…”

“Set...”
“Iya mbak..”
“Kalo kita nggak usah pulang gimana?” Tanya Citra, “ Kamu mau nemenin aku nggak...?”
“Maksud Mbak nginep...?” Tanya Seto balik.

Citra tak menjawab, hanya mengangguk pelan. Berharap Seto menyetujui idenya.

“Beneran kamu mau nginep…?”“

Lagi- lagi Citra menganggukkan kepalanya.

“Hmmm... Aku sih bisa saja mbak... Kebetulan Anissa juga masih mudik kekampungnya… Jadi aku bebas malam ini...”
“Waahhh... Cocok donk....” Ucap Citra, “Jadi bisa dong kamu nemeni aku…?”
“Hehehe… Buat bidadari kaya kamu mah… Apa sih yang nggak…?”
“Hihihi… Gombal….” Canda Citra, “ Tapi....Tapi.... Aku nggak tahu harus nginep dimana Set... Aku khan belum pernah minggat....”


“Hehehe... Tenang saja mbak... Kalo urusan nginep, serahkan saja padaku mbak... Aku kenal banyak manager hotel....”
“Hihihihi... Iya percaya.... Secara cowok playboy kaya kamu nggak mungkin nggak punya banyak kenalan orang hotel..” Celetuk Citra.
“Hahahaha.... Ketahuan deh....”
“Dasar cabul... Tapi Set... Aku nggak mau kalo kita nginep dihotel... Aku takut... Akhir-akhir ini khan banyak penggerebekan....”
“ Trus gimana mbak...?” Tanya Seto bingung.
“Aku juga nggak ngerti.... Terserah kamu ajalah Set... Aku mah nurut saja...”
“ Hmmmm.... “

Sejenak, Seto terdiam. Matanya berputar-putar menatap plafon. Berusaha mengingat-ingat tempat yang paling pas untuk mereka singgahi malam ini.

“Tapi Set… Kalo kamu nggak punya kenalan tempat, gapapadeh... Kita pulang aja...” ucap Citra dengan nada sedikit putus asa.
“Ada sih Mbak…. Cuman lokasinya agak jauh...”
“Nggak apa-apa Set… Yang penting malam ini aku pengen seneng-seneng dulu… Hihihi…”
“Kamu kenapa sih mbak…? Kok tumben ngajak nginep-nginep gini…?”
“Hihihi… Aku lagi males pulang aja sih, sepi dirumah sendirian… Lagian, khan aku pengen makin deket ama kamu Setooo….” Goda Citra.
“Hahahahaha… Dasar Mbakku yang geniitt… Pinter banget dah ah ngegombalnya…”
“Yowes yuukkk… ”


Dengan hanya berbekal baju yang melekat ditubuhnya, mereka berdua nekat memutuskan untuk menghabiskan malam itu bersama. Dengan motor bebeknya Seto langsung memutar gas, mengajak istri Marwan itu melesat jauh menembus gelapnya malam. Sambil memeluk tubuh Seto kencang-kencang, Citra menempelkan payudaranya. Sengaja guna membuat kehangatan diantara mereka berdua semakin erat .

“Tempatnya masih jauh Set...?” Tanya Citra tak sabaran, “Udah mulai gerimis nih…”
“Sebentar lagi kok mbak....” Ucap Seto yang terus menerus menggeber motor bebeknya, naik ke jalanan pegunungan yang berliku-liku, “Beberapa tanjakan lagi kita bisa sampai di tujuan…”

Dan benar saja, setelah melewati beberapa tikungan dan tanjakan, akhirnya mereka berdua tiba di tujuan. Sebuah rumah mungil dua lantai yang berada di lereng bukit. Lantai dasar digunakan sebagai tempat rumah makan, dan lantai atasnya digunakan sebagai tempat tinggal.

“Kita udah sampai mbak… Yuk masuk…“ Kata Seto sambil mengamit tangan Citra, “Sebelum gerimisnya makin deras…”

“Hoi Woto...” Teriak Seto memanggil seorang lelaki kurus berambut gondrong, yang sedang mengipasi puluhan sate yang ada dihadapannya.
“Hoooiii Setooo....”. Balas lelaki itu. Buru-buru, ia mempercepat kipasan tangannya, “Masuk aja dulu... Aku masih melayani pembeli....” Ucapnya ramah sambil mempersilakan Citra dan Seto masuk ke dalam rumahnya.

Seolah menyambut kedatangan mereka, kebulan asap putih langsung mengepul pekat dari tempat pemanggangan, disertai oleh aroma harum kecap manis dan daging yang terbakar. Sedap. Cuaca dingin hawa pegunungan, ditambah beberapa tusuk sate hangat, memang selalu mampu menggugah selera siapa saja yang menciumnya. Tak heran, di malam yang semakin larut ini, masih banyak saja orang yang mengantri di rumah makan itu.

Begitu ia selesai, Seto buru-buru memperkenalkan Citra kepada Woto,” Woto.. kenalin.. Ini mbak Citra, saudara jauhku dari kota sebelah....”
“Citra...” sambut Citra sambil tersenyum ramah.
“Prawoto...” Jawab teman Seto itu tak kalah ramahnya, “Tumben nih sodara jauh maen sampe kesini-sini… Ada angin apa Set…?”
“Gini Wot… Ceritanya… Mbak Citra ini pengen maen kekotaku… Naaah… Berhubung perjalanan ke kota masih cukup jauh, dan diluar hujan mulai turun, aku pinjem kamarmu buat bermalam yak…”
“Owalaaaaaahhh… Iya iya… Sok aja sanah…
“Hehehehe... Berhubung kalian sudah saling kenal, aku tinggal naek keatas dulu ya... Mau nyiapin kamar tidur buatmu mbak...”

Sambil terus bersalaman, Prawoto tak henti-hentinya tersenyum kearah Citra.
“Kenapa mas...?” tanya Citra yang merasa risih dengan tatapan mata Prawoto.

“Eh... Anu... Enggak ada apa-apa kok mbak... Aku nggak pernah mengira aja kalo si Seto punya saudara secantik mbak... “ Jawab Prawoto, “Mbak apanya Seto…? Kok aku nggak pernah dikenalin yaa…?” Tanyanya lagi sambil terus menggenggam tangan mulus Citra.
“Anu… Aku Sodara dari kakek buyutnya Seto…” Jawab Citra berusaha berimprovisasi.
“Pantesan… Beda banget ama anak setan satu itu…” Canda Prawoto
“Beda ya… Hihihi… “
“Iya. Jauh banget bedanya…. Yang sono busuk, yang ini cantik banget….Mana semookkk pula… hahahaha…” Puji lelaki kurus itu sambil melirik kearah payudara Citra.

“Hoi hoi hoi...Sudah ah rayu merayunya... Ntar malah lo jadi lengket ama mbakku...”
“Emang aku prangko... Bukan khan Mbak...? Hehehehe...” Canda Prawoto garing sambil melepas jabatan genggaman tangannya.
“Mbaaak... Ayo Siniii.... “ Ajak Seto dari ujung anak tangga.
“Permisi dulu ya Tooo....” Kata Citra sopan, “Aku mau keatas dulu...”

Dengan langkah ringan, Citra segera menaiki tangga vertikal itu dengan santai, meninggalkan Prawoto yang di belakang. Prawoto yang masih terlena karena keseksian saudara Seto itu, hanya bisa menatap iri kearah pantat Citra yang bergerak naik turun seiring langkah kakinya ketika menaiki anak tangga.

“Bulet bener tuh pantat...” Batin Prawoto, “Beruntung banget tuh monyet...”

“Bang...Hoi bang… Pesen sate kambingnya bang.... 30 tusuk...” Ujar seorang lelaki tua, membuyarkan lamunannya.
“Eh iya pak.. Tunggu sebentar...” Jawab Prawoto sambil bergegas melayani pesanan lelaki tua itu.

***


“Romantis banget Set...” jawab Citra singkat setelah mengetahui keindahan pemandangan dari atas balkon. “Bener kata kamu…Romantis…”

Karena balkon rumah Prawoto berada diatas jurang yang menghadap kota,membuat kerlap-kerlip lampu kota dibawahnya terlihat bak bintang-bintang yang gemerlapan. Ditambah derasnya curahan hujan dari langit, membuat suasana menjadi dingi-dingin sejuk. Sambil terus berpegangan pada pagar kayu, Citra benar-benar mencoba menikmati pemandangan dari atas balkon rumah Prawoto.
“Bagus khan mbak..?” Tanya Seto mendekat. Dipeluknya tubuh Citra dari belakang, sambil menciumi tengkuk leher Citra.
Citrapun otomatis merinding. Segera saja ia membalikkan badan lalu Citra mencium bibir Seto, melumatnya habis tanpa mengeluarkan sepatah katapun.

Dalam sekejap, kedua insan yang sedang dilanda nafsu birahi itupun segera larut dalam percintaannya. Saling cium, saling hisap, dan saling gigit. Ditengah hujan yang semakin deras, mereka seolah tak peduli dengan hembusan-hembusan air yang menerpa tubuh. Membuat keduanya menjadi basah.

“Aku sayang kamu mbak…” ucap Seto ditengah-tengah jilatan lidahnya kedalam mulut Citra.
“Ehh… Aku juga Set…” Jawab Citra singkat.

Dengan menggendong Citra, Seto mengajak masuk Citra menuju kamar tidur yang baru saja ia siapkan. . Lantai kayunya berderik setiap kali mereka berjalan. Lalu tanpa menunggu waktu lama, mereka berdua pun segera melucuti pakaiannya masing-masing. Hingga tak sehelai benangpun yang menempel di tubuh mereka. Bugil.

Sejenak, mereka berdua saling bertatapan. Saling mengagumi keindahan tubuh lawan jenisnya.
“Akhirnya Mbak …. Aku bisa melihat dengan jelas…Tetekmu yang mempesona itu…” Bisik Seto.
“Nikmatin aja Set… malam ini aku milikmu…”

Segera saja, Seto merebahkan tubuh ramping Citra itu keatas kasur tipis yang ada di sudut kamar. Lalu ia kembali merangsek kebagian bawah tubuh Citra, menjilati vagina basahnya dengan buas sembari tak henti-hentinya meremas payudara wanita cantik itu. Sesekali jari-jari kasar Seto menyentil-sentil puting payudara Citra yang sudah mengeras hingga Citra melenguh-lenguh keenakan .
“Ssssh…. Enak banget Seeettt….” Desah Citra

Berulangkali, Seto menyelipkan lidah basahnya ke vagina Citra, bergantian dengan jemarinya. Ia mengorek semua cairan birahi vagina gundul itu keluar dari celah kenikmatannya, lalu menyeruputnya dalam-dalam hingga habis.

“Ooohhh... Set.... Aku udah nggak tahan...” Desah Citra keenakan, “Ayo cepet.. Masukan kontolmu sayang...”
“Udah siap Mbak ...?”

Tanpa menjawab, Citra hanya melebarkan pahanya, membentangkannya sejauh mungkin. Memamerkan celah sempit yang berwarna merah muda.

Dari posisinya tiduran, Citra dapat melihat Seto yang sedang jongkok diantara selangkangannya. Penis raksasanya terlihat begitu jelas, berdiri tegang dengan gagahnya, siap menjebol semua pertahanan vagina sempitnya.

“Ayo Set... Puaskan aku... “ Pinta Citra manja.

Melihat Seto yang masih terpana karena menikmati keindahan tubuh indah yang ada di depan selangkangannya, Citra pun segera berinisiatif. Ia segera menangkap batang penis Seto. Dan begitu ia menggenggamnya, tangannya gemetar. Seketika itu, Citra sadar jika batang penis lelaki yang siap menjebol gerbang vaginanya itu begitu besar.

Namun, walaupun ia bakal merasakan sakit, ia menginginkan penis seto untuk masuk kedalam tubuhnya lagi. perlahan, ia mulai meremas daging gemuk itu sembari mengocoknya perlahan.
“Kontol ini pasti akan berasa begitu enak ketika sudah masuk kedalam vaginaku…” Ucap Citra lirih sambil menatap mata Seto dalam-dalam. “Ayo sayang….Majukan pinggulmu, kontolin aku ….”


Mendengar ucapan Citra itu. Seto lalu mendorong sekeras yang dia bisa. Mendorong masuk batang penisnya dalam-dalam, memasuki tubuh Citra. Karena kerasnya hentakan pinggul Seto, Citra harus menggigit bibir bawahnya saat batang besar milik suami Anissa itu merangsek masuk ke dalam tubuhnya dengan cepat dan kasar.

CLEP...
Kepala penis Seto menyeruak masuk.

“Oooooouhhh...” Rasa pedih itu itu langsung kembali. Tepat ketika baru kepala penis Seto mulai menyeruak masuk kedalam lubang kenikmatannya, “Tahan Set... Biarkan memekku beradaptasi dulu...”

CLEP...
Dorong Seto lagi dengan keras dan tajam.

Merasakan kuatnya tekanan batang penis selingkuhannya, Citra ingin teriak sekeras mungkin karena rasa sakit dan nikmat yang ia rasakan secara bersamaan. Bibir vaginanya terisi dan terkuak begitu lebar dengan sangat cepat.

“Penuh sekali saying….” Erang Citra.

Walaupun vagina Citra beberapa waktu lalu baru saja disodok-sodok oleh penis besar Seto, tetap saja, penis Seto itu masih terasa begitu menyiksa. Karena besarnya hampir sebesar botol minuman air mineral, begitu tebal dan panjang.

“Oh… Sakit Seeet... tapi enak sekaliiii...” jerit Citra. Sambil terus menahan sakit. Wanita cantik itu berusaha merasakan kenikmatan bercinta dengan pria berpenis besar itu.
“Rasanya benar-benar berbeda...” ucap Citra dalam hati, wanita cantik itu merasakan jika seluruh lorong dan dinding vaginanya begitu penuh.

“Bentar Set... Jangan digerakkin dulu ya... “ucap Citra sambil mengatur nafasnya. Dan begitu ia telah merasa siap, “Ayo sayang... Gerakin pelan-pelan...”

Dengan posisi misionaris, Citra kembali melakukan persetubuhan telarangnya dengan suami tetangganya itu.

“Uuuuhhh... Sesak sekali memek aku....” desah Citra sambil meremasi sprei, menahan rasa sakit, “Tapi enaaakkk....”

Besarnya penis Seto membuat vagina Citra seperti vagina anak kecil, kulit labianya terdorong masuk dan tertarik keluar setiap kali penis Seto bergerak. Benar-benar penuh. Sambil terus mengecupi payudara Citra secara bergantian, Seto tak henti-hentinya mempercepat gerakan pinggulnya. Menyodok-nyodok setiap sudut vagina dan liang rahim istri tetangganya itu. Membuat istri Marwan itu benar-benar kelojotan karena merasakan nikmat yang amat sangat.

“Gimana mbak…? Kamu suka rasa kontolku dalam memekmu…?“ Tanya Seto sembari tangannya membelai payudara Citra.

Vagina Citra mencengkeram batang penis Seto dengan sangat kuat. “Ooooooh… Enak banget Seet…” Jerit Citra keras, seiring seiring sodokan batang penis Seto yang menyodok vaginanya keluar masuk dengan cepat.
“Enak banget Seeeeetoooohhh…. Teruuuusss… Entotin akuuuu….” Jerit Citra lagi, seolah tak memperdulikan lagi ia sedang berada dimana.

Kenikmatan yang Citra peroleh dari persetubuhan gelap itu mengoyak semua perasaannya. Seketika. tak ada lagi rasa takut, resah, atau pun malu jika ada orang yang melihatnya menggeliat-geliat keenakan menerima sodokan dan tusukan penis lelaki lain. Masa bodoh itu semua. Biar saja semua orang tahu semua kenakalannya.

Mulutnya menganga, matanya merem melek merasakan persetubuhan nikmat itu. Suara rintihan serta erangannya membahana di seluruh penjuru rumah Prawoto.

“Suka mbak…?” Geram Seto.
“Iyaaahh… Suka bangeeett…. Uh uh uhhh….” Erang Citra
“Mau terus…?” Tanya Seto.
“Teeerruuussss… Ooouughhh…. Uh uh uh…” Rintih citra.

Kenikmatan yang Citra rasakan membuat punggungnya meregang kencang, melengkung-lengkung keatas, memudahkan sodokan penis Seto dalam vaginanya yang sudah sangat kuyup. Tangannya mencengkeram sprei erat- erat menahan supaya tubuh mungilnya tak terguncang hebat oleh sodokan pinggl Seto yang penuh hasrat.

Payudara Citra yang besar terayun naik turun, terguncang begitu hebat hingga menampar-nampar dagu mungilnya. Nikmat persetubuhan yang benar-benar terasa enak. Belum pernah Citra merasakan kenikmatan bercinta yang seperti ini dalam hidupnya. Vaginanya terisi dan terentang begitu lebar di luar nalar pikirannya.

Melihat Citra yang merasakan keenakan, membuat tusukan penis Seto semakin dalam.
“Goyanganmu benar-benar erotis mbak… Kamu jago banget ngentotnya…” Ucap Seto lirih sambil menjilati mulut Citra.
“Eeehmmm…. Diam Seet…Diam dan terus entotin memekku dengan kontol besarmu… Entoott… “ Desah citra dengan ekspresi wajah yang sepenuhnya berselimutkan nafsu. “Sodok yang kenceng sayaaang… Entotin memekku keras-keras… ”

Tak henti-hentinya Citra meracau dan menjerit. Mengagumi kehebatan suami tetangganya itu dalam bercinta dan memohonnya agar tak berhenti menyetubuhinya

Mendengar kalimat-kalimat nakal Citra, membuat Seto menghujamkan batang penisnya ke dalam tubuh Citra keras-keras, hingga pada akhirnya tubuh istri Marwan itu menegang kaku dan berteriak lantang penuh kenikmatan
“Setoo.....Sepertinya aku mau keluar Seeett... aku sudah tak tahan... Pengen keluar...” Ucap Citra sambil memeluk pantat Seto yang sedang dalam gerakan memompa, menuntun supaya bergerak lebih cepat lagi.
“Kita keluar bareng ya mbak... Aku juga sudah nggak tahan....” Erang Seto.
“Iya sayang... Yuuukk... Aku udah bener-bener nggak tahan lagi.....” Jerit Citra sabil mulai kelojotan, “Aku... Aku tidak tahan lagi… Aaaa..Aahh… Aaaahh.. Aku keluar sayang... AKU KELUAARRR...NGENTOT KAMU SEETT..... “ Jerit Citra yang seolah lupa jika ia sedang berada di rumah orang lain. “ENAK BANGET SAYAAANG..... TERUS.. TERUUUSSS... GENJOT KONTOLMU SAYAAANNGGG....AAAAARRRRRGGGGHHHH...........”
Seketika itu, tubuh mungil Citra menggigil hebat tertusuk-tusuk batang penis Seto yang terkubur dalam-dalam divaginanya, merasakan klimaks terbesar yang pernah dia rasakan sepanjang umurnya. Kenikmatan yang tak pernah ia dapatkan dari banyak lelaki sebelum Seto.

CRET CRET CREETT...

Sambil mencengkeram punggung Seto keras-keras, tubuh Citra bergetar hebat. Kelojotan seperti orang yang tersengat arus listrik, ia menggelepar-gelepar dalam gelijang kenikmatan.

Bersamaan dengan itu, Seto pun menghujamkan batang penisnya dalam-dalam, mengobrak-abrik vagina mungil Citra hingga berbusa. Dan akhirnya, “MBAAAAKK....AKU JUGA KELUAAAR MBAK....”

CROOT CROOOT CROOOTT...

Keduanya insan yang sedang dilanda kepuasan birahi itupun menjerit, saling cium dan mengerang secara bersamaan. Bersama-sama, tubuh mereka menggelepar-gelepar, mengejang tanpa henti hingga akhirnya, terkapar kelelahan. Tubuh Seto ambruk, menimpa tubuh Citra. Sama-sama puas.

Cairan hangat seketika itu muncrat dari dalam vagina Citra, menghantarkan lendir-lendir licin yang langsung melumuri penis Seto.

“Oohh Setooo... Rasanya kontolmu benar-benar enak.... Luar biasa enak...” Puji Citra sambil menciumi pipi dan bibir selingkuhannya.
“Iya mbak... Sama.... Memekmu juga terasa wuueenak sekali... “ Balas Seto sambil mengecupi wajah wanita idamannya itu.
“Tahu nggak Set...?”
“Kenapa mbak...?”
“Sekarang kita resmi berselingkuh... Hihihi....”
“Hehehe... Citra Agustina....Istri nakalku...”

Dengan senyum mengembang, Citra meminta Seto terus mendekap dirinya. Dengan posisi masih telentang di bawah, Citra mengaitkan kakinya di pinggang Seto, berusaha menikmati setiap kedut otot vaginanya dengan penis Seto yang masih erat tertancap.

“Aku pengen lagi Set... Beri aku kenikmatan lagi... Entot aku lagi...” Pinta Citra lirih.
“Pasti mbak... Tak akan kusia-siakan tubuh indahmu malam ini...”
“Iiihhh... Kok cuman malam ini aja siiiihhh... “ Ucap Citra manja, “... Aku mau kamu entotin aku setiap malam...”.
“Lhooo.....??? Kalo ada Mas Marwan gimana....?”
“Bodo... Aku nggak mau tau... Pokoknya kamu harus ngentotin aku teruuss....”
“Hmmm... Harus apa mbak....?” Tanya Seto dengan nada menggoda.
“Harus ngentotin aku terus...” Ulang Citra dengan nada genit, “NGENTOTIN MEMEK AKU… KONTOLIN AKU… PEJUHIN AKU TERUS...”
“Hehehehe... Kok sekarang kamu nakal banget sih mbak.... Benar benar istri yang nakal....”

Malam semakin larut, dan suasana semakin dingin. Namun, walaupun begitu Citra dan Seto sama sekali tak merasakan hal itu. Mereka terus bercinta sepanjang malam. Ronde demi ronde mereka lalui dengan nikmat.

Benar benar buas. Malam yang buas..

"Wuih Wotooo.... Rasanya puas beeeeneeeer... " Ucap Seto dengan nada kecapekan.
"Ya iyalah... Dateng tengah malem, subuh gini baru kelar.... Bisa patah tuh kontol kalo dipake terus... Hahaha..." Balas Prawoto.
"Habisan, tuh cewe enak banget dipakenya Wot.. Nagihin..."
"Hahahaha... Iyadah.... Nih makan dulu, udah aku bikinin sarapan...."
"Ntar ajalah, aku mau tidur dulu.... Aku pinjem kamar Suwanti yaaa... Pengen istirahat bentaran..."
"Bener nih nggak mau..?"
"Kamu kasih aja tuh nasi ke Mbak Citra... Kali aja dia laper..."

***

“Mbak... Bangun dulu mbak...” Panggil Prawoto sambil mengetuk pintu kamar tidurnya pelan, “Aku bawain sarapan nih... "

TOKTOKTOK

Tak ada jawaban. Berusaha sopan, Prawoto kembali mengetuk pintu kamar tidurnya.

TOKTOKTOK

Tak ada jawaban.
"Mbak.... Ayo sarapan dulu..." Kata Prawoto lagi.

Tetap tak ada jawaban.

Karena penasaran, Prawoto akhirnya mengintip kedalam kamar, "Mbak Citra..." Panggilnya lagi, sambil mulai masuk dan mendekat kearah Citra tidur. Pelan-pelan, Prawoto melihat kearah sudut kamar tidurnya yang remang-remang. Melihat ke arah tempat Citra yang sedang tidur. Dan betapa terkejutnya tukang sate itu ketika ia mendapati sosok wanita yang sedang pulas tidur diatas kasurnya, telanjang tanpa tertutup selembar pakaianpun.

" Zzzzzzz...... Zzzzzzz......"

Nampaknya Citra sedang tertidur pulas. Dalam posisi terlentang, hembusan desah nafasnya terdengar begitu tenang, dadanya naik turun pelan, dan senyum tipisnya terlukis tipis di wajah imutnya.

"Zzzzzz.....zzzzzzzzz....."

"Mbak Citraaa..." Panggil Prawoto pelan. Berusaha membangunkan sosok yang tetap saja tak bergeming dari tidurnya.

Sejenak, Prawoto memandangi tubuh telanjang wanita itu dalam-dalam. Wajahnya yang putih bersih dengan rambut hitam panjang tergerai diatas bantal, tubuhnya yang indah dengan kulit yang mulus berkilauan, payudaranya yang besar mengantung manja diatas perut, dan vaginanya yang gundul licin tanpa sehelai rambut pun. Seketika membuat kelelakiannya mulai mengeras.

“Ayu tenan kowe mbak...” Kagum Prawoto dalam hati.
Walau sebenarnya ia sudah sering melihat banyak teman wanita yang diajak Seto kerumahnya, namun baru kali ini ia mengakui kehebatan teman masa kecilnya itu dalam memilih wanita.
“Tubuhmu benar-benar sempurna....” Ucap Prawoto lagi.


Dalam semburan cahaya matahari pagi yang mulai masuk melalui jendela kamarnya, Prawoto merekam dengan mata mesumnya, setiap jengkal keindahan tubuh Citra yang masih nyenyak terlelap. Termasuk kearah beberapa aurat tubuhnya yang dapat terlihat jelas olehnya. Hingga akhirnya ia mencoba membangunkan Citra lagi.

“Mbak... Yuk bangun mbak...” Bisik Prawoto lagi, “Ayo ini sarapannya udah aku siapin.... “ Ucap Prawoto sambil mencoba menggoyang pundak Citra.

"Zzzzzz... Ehhhhmmm.... Zzzzz..." Akhirnya, Citra merespon panggilannya barusan. Namun ternyata ia salah, karena tak lama kemudian, wanita cantik itu tertidur lagi.
“Wooo... Gebluk.... Kebo juga nih cewe kalo tidur...” batin Prawoto.

Karena melihat betapa pulasnya Citra ketika tidur, mendadak timbul niatan iseng di benak Prawoto. “Kalo tidur mulu... Ntar aku kontolin loh kamu mbak...” Ucapnya pelan setengah berbisik tepat ditelinga Citra.
“Zzzzzz….. Ehhhmmmm....” Sahut Citra lirih sambil menggeliat, ia merubah posisi tidurnya dari yang semula telentang, menjadi meringkuk kearah Prawoto berdiri. Namun anehnya, senyum di wajahnya terlihat semakin lebar. Cantik sekali.
"Wah... wah... wah.... Nantangin bener nih cewe..." Kata Prawoto gemas.

Merasa wanita cantik yang ada di hadapannya sama sekali tak merespon panggilannya dan lebih memilih tidur, buru-buru Prawoto menurunkan celana kolor beserta CDnya, sengaja membebaskan batang kelaminnya yang sudah sedari tadi keras meronta-ronta.

Tanpa menunggu waktu lama, lelaki kurus itu segera mengocok penisnya cepat-cepat. Membetot batang yang tumbuh diselangkangannya itu dengan kuat. Sambil terus menatapi tubuh indah Citra. Terus, terus dan terus. Kocokan tangannya bergerak semakin cepat, cepat, dan cepat. Menghantarkan gelombang birahi hingga ke seluruh syaraf selangkangannya.

"Enak bener tuh monyet sudah merasakan tubuh wanita ini...." Iri Prawoto kepada Seto sembari terus melihat tubuh telanjang Citra. Tangannya tetap tak henti-hentinya mengocok batang penisnya. "Pasti puas banget tuh kontol si kunyuk.."

Tiba-tiba, entah ide dari mana, Prawoto ingin menyentuh aurat tubuh Citra.
“Bantu aku ngecrot ya mbak....” Kata Prawoto lirih.

Dengan birahi yang sudah meninggi, tukang sate itu mulai meraba payudara Citra. Mencoba merasakan betapa lembutnya gundukan besar yang ada di tubuh Citra.

“Busyet dah... Pejuh si monyet itu masih belum kering... " Gerutu Prawoto begitu menyentuh payudara Citra yang masih basah oleh sperma Seto, buru-buru ia mengusapkan tangannya ke kain sprei, mencoba untuk membersihkan diri dari lendir kejantanan teman prianya itu.

"Busyet mbak... Badanmu kok penuh pejuh semua ya...?" Kata Prawoto begitu sadar dengan kondisi tubuh Citra yang berantakan. Setelah dilihat dengan seksama, rambut, muka, payudara, perut, hingga vagina Citra penuh dengan lelehan sperma Seto. Bahkan jika dilihat lebih dekat lagi vagina Citra masih mengeluarkan lendir kenikmatannya yang bercampur dengan sperma Seto. Mengalir turun hingga membentuk genangan-genangan di kasur Prawoto.

"Wah... wah... wah... Si kunyuk itu bener-bener kebangetan deh... Kalo gini caranya, nanti bakal aku suruh dia cuci sprei.." Gerutu Prawoto lagi.

Namun karena otak dan pikiran Prawoto sudah dilanda nafsu birahi yang sangat tinggi, akhirnya lelaki kurus itu mengesampingkan perasaan jijiknya. Perlahan, ia mulai meremasi lagi payudara Citra yang masih berlumuran sperma Seto itu dengan gemas. "Empuk bener tetekmu Mbak... Pantesan aja sampe dipejuhin semua kaya gini...." Kata Prawoto.

Melihat Citra yang tetap tak bergeming sedikitpun, membuat Prawoto semakin liar. Ia mulai meremasi kedua payudara Citra secara bergantian. “Ssshh... Mbak.. Tetekmu besar banget mbak... Bikin kontolku makin senut-senut...” ucap Prawoto sambil terus mengocok batang penisnya keras-keras sembari meremas, mengusap, hingga mencubit pelan.

“Eeeehhmmmm… “ Ucap Citra tiba-tiba sambil menggeliat dalam tidur.

Melihat wanita yang sedang tidur didepannya bereaksi karena ulah tangannya, Prawoto agak sedikit panik. Buru-buru ia melepas payudara Citra dan sedikit bergerak menjauh.

Ternyata Citra hanya merubah posisi tidurnya, karena tak beberapa lama kemudian ia kembalil tertidur lagi…“ Zzzzzz…. Zzzzzz….”

“Fiiiuuuh... Untung banget…” Kata Prawoto lirih. “Jangan-jangan Citra adalah wanita jika sudah tidur susah dibangunkan lagi….?” Sebuah pemikiran tiba-tiba muncul di benak lelaki kurus itu. “Gimana ya kalo memang benar seperti itu…? Dientotin enak tuh...”

“Mbak Citra…? Mbak… Bangun mbak…” Panggil Prawoto sambil menggoyang-goyangkan tubuh telanjang Citra, mencoba mengetes kesadaran wanita cantik itu lagi. Namun tetap saja sia-sia, saudara Seto itu masih saja mendengkur halus.
“Mbak…. Kalo nggak bangun… Teteknya aku makan loh….” Ucap Prawoto lagi dengan nada cukup keras.
“ZZZzzzzzz…. Zzzzzz….”

“HAP… SLUURRPPP…”
Entah kenekatan darimana, Prawoto langsung mencaplok payudara Citra. Menjilati gundukan daging yang masih belepotan sperma itu sambil meremasi bergantian.

“Eehhmmm.... Zzzzz…. Zzzzz….” Desah Citra dalam tidurnya. Dadanya masih bergerak naik turun dengan tempo yang sangat pelan.

“Buussssyyeeettttt.... Bener-bener gebluk dah nih cewe kalo tidur..… Susah banget dibanguninnya….” Girang Prawoto
"Waaahh…Mbak.. Kalo kamu masih tidur gini... Bisa-bisa aku ikut ngentotin tubuh kamu loh..." Bisik Prawoto girang, "Mbaaak…. Bantu aku ngecrot ya….?” Tambahnya lagi, berharap bisikannya direspon oleh Citra.
“Eehhmmm.... Zzzzz ….” Jawab Citra dengan dengkuran pelannya.

Merasa Citra memberi izin, segera saja tangan Prawoto mulai merabai bagian tubuh Citra lainnya. Mulai dari mengusap rambut, wajah, perut, paha, hingga vaginanya. Sementara tangan satunya terus mengocoki batang penisnya.

“Kamu cantik banget mbak…” Bisik Prawoto lagi memuji, “Tetek kamu ini loh… Ngegemesin…Trus…. Memekmu ini… Walau masih becek kena pejuhnya si anak monyet… Tapi kayaknya sempit banget yaaa…?”

Sambil mengusapi celah kewanitaan Citra, Prawoto menggeser duduknya, pindah ke kaki tempat tidur. Dalam keremangan cahaya pagi, ia kembali mengagumi sosok wanita yang masih tertidur pulas itu. Sambil mengusap pelan tubuh Citra, Prawoto tak henti-hentinya berdecak kagum.

"Kakimu mulus banget mbak. Putih, licin, tak berbulu.... " Puji Prawoto sembari menciumi paha jenjang Citra. "Nggak heran... Dengan tubuh seperti ini, Seto ngentotin kamu sepanjang malam.... Ckckckck...... Beruntung banget tuh monyet.... "Gerutu Prawoto sembari terus mengusap dan membuka bibir vagina Citra, menyelipkan jemarinya pada vagina wanita cantik itu.

Langsung saja, tetesan sperma mengalir keluar dari vagina Citra. "Wuuuiiihhh... banyak juga pejuh si monyet itu masuk ke memekmu mbak...." Heran Prawoto sambil mulai mencucuki vagina Citra pelan.
"Memekmu pasti legit banget ya mbak....?" Tanya Prawoto dengan nada mesum, " Boleh nggak kalo memekmu aku jilat…?”

"Eeeehmmmm...." Citra kembali menggeliat, lalu meneruskan tidurnya. " Zzzzzzz... Zzzzzzz..."
"Hehehehe... Kalo tetep tidur gitu... Aku anggap boleh loh.."
" Zzzzzzz... Zzzzzzz..."

"Yessss... " Girang Prawoto. Segera saja ia memonyongkan mulutny, dan mulai mencucupi vagina Citra yang masih membasah itu. SLUUUURRP...CUP...CUP....SLUUURP...."
"Memekmu asin banget mbah.... Tapi gurih... " Kata Prawoto gemes.

Merasa ada yang mengusik tidurnya, tiba-tiba Citra mendesah, ".... Ehhhmmmm.... Kamu masih kurang ya Set...….Aku capek banget nih..... Pengen bobo..." Ucap Citra setengah sadar.

Dalam racauannya, Citra mengira jika lelaki yang sedari tadi sedang berusaha membangunkan dirinya adalah Seto.

"....Kalo kamu masih pengen ngentotin aku... Yaudah... Niih... Maenin aja sendiri..." Igau Citra sambil menggeliatkan badannya. Memiringkan tubuhnya kekiri, meringkuk menghadap tembok dengan pantat menungging kearah Prawoto.

"Seto...?" Tanya Prawoto dalam hati, "Apa mungkin mbak Citra berpikir jika aku adalah Seto....?"

GLEK

"Mbak Citra menyodorkan pantat bulatnya... Apa dia minta di sodimi ya...?" Girang Prawoto, " Mimpi apa aku semalam ya? Dapet cewe cakep yang mau bo'olnya disodok-sodok...."
"Ayo Sett... katanya mau nambah lagi... Nih... Buruan tusuk.." kata Citra dengan nada kecapekan."Kalo aku ketiduran, gausah bangunin dulu yaaa... aku ngantuk bangeet...".

Segera saja, Prawoto segera menjilati lubang anus Citra. Dengan semangat membara ia membasahi lubang anus itu sembari menyodok-sodokkan jemarinya.

"Seeet... Nakal ya kamuu... Sekarang maunya maen bo'ol aku yaaa...?"

SLUUURRRPPP... CUP CUP CUP...

Jilatan lidah dan tusukan jari Prawoto tak henti-hentinya mengekplorasi anus Citra. Membawa sebuah sensasi persetubuhan yang berbeda pada saudara Seto itu.

"Ssshhh... Udah ah.... jangan jilatin mulu..... Buruan kontolin aku Set..."

Tanpa menunggu waktu lama, Prawoto lalu membalikkan tubuh Citra yang semula meringkuk miring menjadi tengkurap, lalu ia posisikan pantat Citra agak sedikit menugging. Dengan penisnya yang sudah menegang keras, ia lalu mentowel-towel vagina, berusaha membasahi sekujur batang penisnya. Dan ketika dirasa cukup licin, Prawoto mulai mengusap-usap mulut anus Citra dengan penisnya.

"Uuuhhh... Sssshhh... Enak banget Seeet... Kamu suruh kontol besarmu buat mau ngegoda aku yaaa...? Hihihi.... Nakal banget sih kamuuuu.... "
"Hehehehe... Mbak Citra sepertinya tak tahu jika kontol ini bukan kontol Seto...." batin Prawoto girang.
"Enak banget Set kontolmu.. Bikin memekku jadi geli-geli nikmat.."
"Hehehe... Iya... Mbak Citra tak merasakan perbedaannya.....Secara kontolku khan ukurannya sama dengan kontol Seto..." Bangga Prawoto.
"Udah ah... buruan tusuk aku Set..." Kata Citra lirih sambil menyorongkan pantatnya tinggi-tinggi kebelakang.

Merasa lubang anus Citra sudah cukup basah, tanpa aba-aba, Prawoto segera mengambil ancang-ancang. Tangannya memegang pinggul semok Citra erat-erat, lalu setelah dirasa pas, tukang sate itu mendorongkan kepala penisnya ke mulut anus saudara Seto itu dengan kekuatan penuh.

HEEEEGGGGHH....
Erang Prawoto berusaha membenamkan bonggol kepala penisnya kelubang pembuangan Citra. Saking sempitnya lubang itu, batang penisnya sampai berkali-kali bengkok. "Susah bangeeetttt..."

Namun, Citra merasa jika persetubuhannya kali ini ada yang salah. Alih-alih merasakan enak pada lubang vaginanya, wanita cantik itu malah merasakan kepedihan pada lubang anusnya. Seketika, Citra langsung meronta sambil berusaha menjatuhkan dirinya kedepan. Mencoba melepaskan diri dari tusukan penis Prawoto, "AAAARRRGGGHHHH... SEEETT.... SALAH LOBANG...!..." Jerit Citra ITU BUKAN LUBANG MEMEK AKUUU....!"


CLEEEPPP

Tapi sia-sia. Walau tubuh Citra sudah menelungkup kedepan, kepala penis Prawoto tetap saja menempel di lubang anusnya. Sepertinya kepala penis itu sudah sedikit masuk kedalam liang pembuangannya. Karena walaupun Citra sudah berusaha bergerak maju guna menjauhkan anusnya dari penis Prawoto, tetap saja, ia ikut maju dan semakin membenamkan batang penisnya dalam-dalam ke liang dubur Citra.

"UUUHHH....SETOOO.. LUBANGNYA SALAAAAHHH... ! KONTOLMU MASUK KE BO'OLKU....!" Erang Citra sambil menggeleng-gelengkan kepalanya menahan sakit.

"LEPASIN SEEET... TARIK KONTOLMUUU...!" Jerit Citra., "BO'OLKU SAAAKIIITTTTT...!"

Sejenak Prawoto mendiamkan sodokan penisnya. Lelaki kurus yang masih berada diatas punggung Citra itu akhirnya mulai bersuara. "Sabar ya mbak... Bentar lagi juga enak kok... Tahan aja dikit...." Kata Prawoto sambil memijat pundak Citra. Berusaha membuat wanita yang ada dibawahnya itu untuk sedikit rileks, tak lupa ia juga menjilati lubang telinga Citra sambil mengecupi tengkuknya.

"Tahan sebentar ya sayang... Kita coba permainan baru ini...." Tambah Prawoto.
Tak menjawab, Citra hanya mengangguk pelan.

Merasa Citra sudah cukup tenang, Prawoto kembali menggoyangkan pinggulnya. Menusuki anus Citra dalam-dalam dengan penisnya yang besar.

Kembali, Citra menjerit dengan keras ketika Prawoto berhasil memasukkan sebagian penisnya ke dalam duburnya. Citra merasakan sakit yang amat sangat ketika lubang anusnya membesar diterobos oleh batang penis penjual sate yang berukuran raksasa itu.

"Jangan Seeettt.. Jangaaannn…. Aku mohon hentikan..." Erang Citra " Sakit bangeeet.... Aku ngga kuuuaaatttt….. Aaaaarrgghh…." Jerit Citra menjadi-jadi

Berbeda dengan apa yang sedang Citra rasakan, Prawoto justru merasakan nikmat yang amat sangat. Ia benar-benar menghayati rasa hangat akibat jepitan anus wanita cantik itu. "Mumpung mbak Citra masih mengira aku Seto, sekalian aja aku nikmatin tubuh indah ini... Hehehehe..."

"Tahan mbaaak... Tahaaannn...." Ucap Prawoto berusaha menenangkan.
Antara kecapekan atau mengantuk, entah apa yang ada dipikiran Citra saat itu. Walau sudah jelas-jelas suara yang ada diatas tubuhnya itu berbeda dengan suara Seto, namun tetap saja ia berpikiran jika orang itu adalah Seto.

"Ampun Seeet... Ampuuunnn.... " Suara Citra memelas, "Pake memek aku aja lagi Seeett... Jangan di bo'ol... Saaakiiittt....." Kata citra lagi sambil meremasi sprei dengan kedua tangannya.
"Oooohhh… Mbaaaakkk… Sabar mbaaak.... Bentar lagi pasti bakalan enak kok... Bo'olmu pasti bakalan enaaaakk..... Shhhhh...." Desah Prawoto yang kali ini mulai lebih berani berucap kata.


Perlahan, Prawoto mulai menggoyangkan pantat putih Citra kekanan kiri, naik turun hingga penisnya masuk seluruhnya. Citra yang tak berdaya itu hanya bisa menarik nafas dalam-dalam, berusaha menahan sakit semampunya, tangannya terus-terusan mencengkeram sprei hingga jari-jarinya memutih.

"Pasti rasanya sangat sakit ya mbak.... Tapi enak....Hehehehe...." kekeh Prawoto dalam hati

Citra merasa dirinya benar-benar penuh, berulang kali tubuhnya merinding geli, seperti sensasi ketika ingin buang air besar. Disodok, ditarik, geli, merinding - Disodok, ditarik, geli, merinding.

Berulang kali, Citra merasakan sensasi itu. Hingga akhirnya, rasa sakit yang ia rasakan diawal persetubuhan itu berangsur hilang, berkurang, hingga sirna. Tergantikan oleh rasa gatal, geli sekaligus nikmat.

"Hoooossshhh..... Oooohhh….. Sssshhhh...." Kepala Citra menengadah keatas, bibirnya membulat dan membentuk huruf O. Ia mulai mendesah.
"Ssshh.... Oooohhh.... Udah yaa main bo'olnya Seeett.... Masukin memek aku aja...." Desahnya lirih.
Walaupun Citra terlihat sudah mulai menikmati sodominya, tapi entah kenapa wanita itu menolak untuk mengakuinya.

poker online terpercaya
 turnamen poker online
poker uang asli
"Masa bodoh..." erang Prawoto, "Aku lagi pengen ngentotin bo'olmu mbak..."
"Udah doong Seeet... Udahhh...."

Tak mendengar desahan Citra, Prawoto semakin mempercepat sodokan-sodokan di pantat bulat Citra sambil meremas-remas payudara wanita cantik yang sangat putih dan mulus itu. Cairan bening kekuningan pun mulai merembes keluar, menyelimuti penis Prawoto setiap kali ia tarik keluar.

Diiringi desah dan erangan suara Citra, lendir anus itu mulai mengalir turun, keluar bercampur dengan sperma Seto, mengalir terus ke pahanya yang putih mulus.

Dengan senyum kemenangan yang mengembang lebar, Prawoto sangat menikmati jepitan anus Citra yang sempit dan panas itu dipenisnya. Walau sebenarnya ada sedikit rasa sakit yang ia rasakan karena mungilnya liang anus Citra, tapi Prawoto sama sekali tak mempedulikannya. Terlebih, karena anus Citra yang mulai licin karena lendirnya, Prawoto pun menjadi semakin bersemangat terus menyodokkan pinggulnya keluar masuk dengan cepat.

"Bo'olmu enak sekali mbak.... Peret...." Ucap Prawoto yang begitu menikmati persetubuhan itu ketika otot-otot anus Citra seolah berdenyut memijati batang penisnya.

Setelah kurang lebih 15 menit Prawoto menyodomi Citra, ia merasakan jika gelombang orgasmenya akan segera tiba.

Tapi, bukan Prawoto namanya jika ia tak bisa mengajak teman tidurnya itu tak ikut merasakan nikmatnya orgasme. "Sekarang giliranmu untuk merasa enak mbak..." Kata Prawoto yang buru-buru mencabut batang penisnya lalu menusukkan dalam-dalam ke vagina Citra.

"AAAARRRRGGGHHH..... SEETOOOO... PELAN-PELAAAANNN....." Jerit Citra lagi.

Ia benar-benar tak menyangka jika Seto yang baru saja menyodominya, tiba-tiba memasukkan penis besarnya kedalam vaginanya. Rasa sakit yang berubah menjadi enak.

Seketika itu, Citra mendesah-desah keenakan. Dengan posisi doggy, ia mulai menggoyangkan pantat semoknya. Membalas setiap sodokan dan tusukan penis Prawoto dengan goyangan remes asyik vaginanya.
"Hooossshh.... Sempit banget mbaaakkk.... Nggak kalah dengan bo'olmu...." Erang Prawoto.
"Kontolmu juga berasa makin besar Seeett... beda banget dengan semaleemm..." balas Citra, "Terus entot aku Set.. Entot memek aku dengan kontol besarmu.... Sssshhhh...."

Citra buru-buru melebarkan kakinya dan menaikkan pantatnya, membuat batang penis Prawoto bisa masuk seluruhnya ke dalam lubang vaginanya.

"Wuooohhh.... memekmu bisa memijat ya mbak...? Enak banget ngurutnya.." Girang Prawoto sambil menikmati jepiran vagina Citra. Baru kali ini, tukang sate itu bisa merasakan sensasi kenikmatan yang luar biasa seumur hidupnya.
"Hihihihi... Biar kamu puas Set..."

Tak ingin merasa dikalahkan, Prawoto segera meraih payudara Citra yang bergelantungan dengan tangan kiri, dan merogoh klitorisnya dengan tangan kanan. Berulang kali ia meremasi payudara Citra kuat-kuat sambil terus-terusan menarik payudara Citra kebelakang, seolah payudara yang berukuran besar itu adalah tali kekang tubuh Citra. Tak lupa ia pun mulai mengobel klitoris Citra yang sudah menegang keras, menghantarkan setrum-setrum birahi bertegangan tinggi yang membuat seluruh syaraf kenikmatan tubuh saudara Seto itu terangsang penuh.

CLOK CLOK CLOK CLOK
Bunyi pompaan penis Prawoto pada vagina Citra.

"Oooohhhh... Kamu curaaaaannnggg Seeeetttt..... Curaaang bangeeet.. ooohhh..." Erang Citra yang tak bisa melakukan pembalasan apapun, yang bisa ia lakukan hanya meletakkan kepalanya dibantal dan menunggingkan pantatnya tinggi-tinggi.
"Hooohh... Aku sudah mau keluar Seeett... aku mau keluarrr...”

Tiba-tiba, Prawoto merasakan vagina Citra menyemburkan cairan hangat kepenisnya. Banyak sekali, hingga mengalir turun kepahanya.
"Hooooohhhh.... Seeeetoooo..... Enaaak baaangeeettttt...." Ucap Citra yang mendadak lemas dengan desahan nafas yang menderu-deru.

"Bentar Set... Tahan bentar... Memek aku ngilu..."

Tak mengindahkan permintaan Citra, Prawoto malah terus memompa.

"Curaaaannnggg... " Jerit Citra lagi yang tak diberi kesempatan untuk menikmati orgasmenya.

Dengan terpaksa ia semakin melebarkan kakinya, supaya Prawoto bisa segera orgasme.

CLOK CLOK CLOK CLOK
Lagi-lagi, suara persetubuhan mereka terdengar begitu nyaring. Membahana keseluruh penjuru kamar, menghajar vagina Citra yang benar-benar basah.

"Shhh... Uhh uhhh...Enak nggak Seeet...? Ssshhh.... " tanya Citra sambil mendesah-desah keenakan karena rasa ngilu vaginanya yang semakin menjadi-jadi.
"Pastinya mbak..."
"Terus sodok yang kenceng Set... aku mau keluar laagiii... Oooooouuuuhhhh...."
"Hah... keluar lagi mbak....?"
"Iya iya iyaaaa.... Aku keluaaar laaaagiiiii....."

Lagi-lagi, Prawoto merasakan denyutan hebat pada batang penisnya ketika vagina Citra berkontraksi karena orgasme. Hisapan, pijatan, dan urutan yang berulang kali diterima oleh penisnya. Mau tak mau membuat pertahanan tukang sate itu jebol juga. Ia merasakan penisnya sudah tak mampu lagi menahan rasa panas orgasme yang sudah menggumpal di ujung penisnya.


"Mbak... aku mau keluar...." Erang Prawoto yang kali ini berpegangan pada pinggang ramping Citra, dan menghantamkan pinggulnya keras-keras kedepan. Kearah vagina cita. "Aku mau sampe mbaaakkk..."

Dengan gerakan super cepat, Prawoto lalu mencabut batang penisnya dari anus Citra, lalu bergerak ke depan. Ke arah wajah Citra yang sedang merem melek keenakan. Merasakan sisa orgasmenya.

"Buka mulutmu mbakk... Aku mau ngentotin mulutmu..." Ucap Prawoto lantang.

Tanpa menyadari siapa yang memerintah, Citra segera membuka mulutnya lebar-lebar, dan membiarkan batang penis besar itu mulai memperkosa mulut dan tenggorokannya.

GAAG...GAAG...GAAG...GAAG...GAAG...GAAG...
Suara yang muncul setiap kali Prawoto menusukkan penisnya dalam-dalam.

Hingga akhirnya.

CROT CROOT CROOCOOOTTT..

Gumpalan hangat sperma langsung menyerbu rongga mulut Citra. Menghantarkan jutaan benih-benih lelaki masuk kedalam tenggorokannya.

"Huuuuooooohhhhh..... ENAAAAK BAAANGEEEET MBAAAAKKKKK...." Jerit Prawoto lantang sambil menghentak-hentakkan pinggulnya keras-keras kemulut Citra. "Ga heran kalo Seto bilang ngentotin cewe yang namanya Citra Agustina tuh enak banget.. Ternyata memang bener.... Hehehehe"

"Hihihi... Ngentotin aku enak yaaa...." Tawa Citra genit, "Looohhh....? Kenapa....? Seto bilang apa...?"
Mendadak, Citra tersadar. Buru-buru jemari lentiknya melepas penis besar yang sedang ia jilati. Kepalanya mendongak keatas, melihat sosok lelaki kurus yang baru saja menyetubuhinya.

Ternyata bukan tetangganya, melainkan....

"Prawoto....?"





casino online

Agen Bola Terpercaya


NAFSU BIRAHI CITRA : DI ENTOT BAPAK KONTRAKAN , KARENA GA BISA BAYAR

Citra Side Story part 1 | Bantuan Benih Ekonomi

Para pemeran di serial ini :
1. Citra Agustina (26), Seorang wanita cantik berambut hitam panjang sepunggung, berkulit putih, tubuh kurus namun memiliki payudara ekstra besar berukuran 36 D
2. Utet (52), Lelaki tua mesum yang sangat jatuh cinta kepada Citra.
3. Darjo (46), Pemilik kontrakan mesum tempat Citra tinggal


Poker Online Terpercaya

Berulangkali Darjo menatap layar handphonenya, berharap ada balasan sms dari Citra Agustina, istri Marwan Sudiro, penghuni rumah kontrakannya. Namun, tetap saja NIHIL. Sama sekali tak ada respon darinya.
"Telatnya sudah mau dua bulan... " Ucap Darjo kesal, "Kalau tak segera ditagih, mau sampai kapan mereka akan menunggak...?" tambahnya lagi sambil berjalan menuju rumah Citra.

Darjo, adalah seorang pria tengah baya beristri 3. Berusia 46 tahun yang tak lain adalah pemilik komplek rumah kontrakan tempat Citra, Seto dan beberapa tetangganya tinggal saat ini. Tubuhnya gemuk, kulitnya hitam, dengan tinggi rata-rata kebanyakan orang pribumi.

"Janjinya minggu depan... Preeeettt.... Ini sudah hampir lewat seminggu dari janjinya, eh belum juga memberi kabar...." Gerutunya di jalan, sambil berulang kali melihat layar handphonenya.

Memang, akhir-akhir ini sepertinya Marwan dan Citra sedang mengalami masalah ekonomi, namun bukan berarti hal itu bisa selalu dijadikan alasan buat menunggak bayar sewa kontrakan.

Kembali otak Pak Darjo mengingat-ingat sosok Citra. Dari awal kepindahannya, wanita gemulai itu memang langsung menyita tempat di hatinya. Wajah cantiknya, senyum manisnya, suaranya yang lemah lembut membuatnya selalu betah jika berlama-lama main kerumahnya. Tubuhnya yang ramping, kulitnya yang mulus, ketiaknya yang tak berbulu dan aroma tubuhnya yang wangi, juga membuat dirinya tak ingin cepat-cepat meninggalkan rumahnya. Terlebih, ketika melihat ukuran payudara besarnya, wah bakal membuat celana dalam lelaki manapun menyempit. TETEK ITU BESAR SEKALI.
Poker Online Terpercaya
Poker Online Terpercaya

Namun , sayang sekali, Citra telah menikah. Menikah dengan Marwan, lelaki bermasa depan suram yang memiliki banyak hutang disana-sini. Seorang calo tanah yang tak pernah tahu kapan ia akan mendapatkan penghasilannya.

***

Sebenarnya, Citra tahu jika ia di sms oleh Pak Darjo. Namun, karena Marwan belum juga memberikan hasil dari pekerjaannya, Citra sengaja tak membalas semua sms dari Pak Darjo. "Toh, ujung-ujungnya, ntar juga ia bakal datang kerumah..." Batin Citra setiap kali Pak Darjo sms.

Citra dan Marwan sudah tinggal cukup lama dikontrakan Pak Darjo, dan selama itu pula ia jarang sekali telat. Entah kenapa, hanya akhir-akhir ini suaminya agak sedikit kesulitan untuk bisa menyediakan uang bayaran kontrakan tepat waktu. "Mungkin karena banyak sekali saingan sehingga mas Marwan sering kalah tender.." Pikir bijaknya lagi.

Dan memang benar, Pak Darjo juga mengakui hal itu. Citra dan Marwan adalah pasangan yang cukup kooperatif dalam hal pembayaran. Oleh karena itu, mereka agak dijadikan sebagai anak mas olehnya. Berbeda dengan tetangga lainnya yang harus membayar, buat Citra dan Marwan hampir bisa mendapatkan semua fasilitas perumahan dengan tanpa menambah bayaran sepeserpun. AC, TV, Kulkas, semuanya ditambahkan oleh Pak Darjo dengan gratis, walau pembayaran listriknya tetap diharuskan membayar.

"Tapi kalo misalnya Marwan tetap tak bisa bayar... Apa aku harus mengusir neng Citra ya..?" bimbang Pak Darjo, "Istri Marwan itu terlalu cantik untuk dilewatkan begitu saja..."

Berulang kali, otak mesum Pak Darjo memikirkan segala kemungkinan yang terjadi jika Marwan tak mampu membayar uang kontrakan. Bingung dan galau. Pak Marwan, yang walaupun sudah memiliki 3 orang istri, tetap saja selalu tergiur setiap kali ia berkunjung ke rumah Citra. Tak jarang, ia mencuri-curi pandang untuk sekedar menikmati kemolekan tubuh istri Marwan itu. Dan Citrapun Citra pun seolah mengerti jika Pak Darjo sering melirik kepadanya, tetapi dia tidak begitu terlalu mempedulikan.

Bahkan akhir-akhir ini, supaya berhasi merajuk mood lelaki gemuk itu supaya mau memperlunak tagihan rumahnya, Citra semakin berani memamerkan bagian-bagian tubuhnya yang dapat mengundang hasrat birahi lelaki gemuk itu. Tak jarang, ketika Pak Darjo melirik aurat-aurat tubuhnya, Citra balas menatap lirikan mesum Pak Darjo sehingga akhirnya mereka berdua saling bertatapan.

 turnamen poker online
"Cantik sekali tubuhmu Mbak... Andai aku bisa menjadi suamimu... " Kata Pak Darjo dalam hati sambil berulang kali menelan air ludah birahinya. Melihat tatapan matanya dibalas oleh Citra, Pak Darjo hanya bisa tersenyum kecut.

***

Tak lama, Pak Darjo tiba di pekarangan kompleknya. Dengan santai, ia berjalan sambil melihat-lihat komplek perumahannya. "itu dia, rumah wanita idamanku... rumah nomor 2 dari ujung..."

TOK TOK TOK
"Mbak Citra...? Mmbakkk...?” panggil Pak Darjo.

Sepi. Tak terdengar kehidupan apapun.
 turnamen poker online
“Padahal ini hari sabtu, seharusnya mereka ada dirumah...” Batin lelaki tua itu yang tahu jika sabtu minggu adalah hari libur kantor Citra. Namun setelah beberapa kal mencoba mengetuk pintu rumah citra namun sama sekali tak ada respon, ia mulai merasa putus asa,"Wah sia sia nih aku datang kesini... "

 turnamen poker online
TOK TOK TOK
"Mbaaaak....?" panggil Pak Darjo lagi.
"Apa mungkin neng Citra ada dibelakang ya...?" Dengan ragu-ragu Pak Darjo memutari rumah Citra, menuju pintu belakang dan mencoba mencoba mengetuk pintu lagi.

TOK TOK TOK
Tetap saja hening. Namun tak lama kemudian, terdengar suara Maryati, istri Sunarto, penghuni sebelah rumah kontrakan Citra berteriak dari samping rumahnya
"Eh Pak Darjo... Nyariin mbak Citra ya...?"
"Iya bu Mar... Tahu nggak Mbak Citra pergi kemana...?"
"Kayanya sih tadi sedang pergi makan siang bareng Pak Utet...."
"Pak Utet...?"
"Iya... Pak Utet.. Ojek pribadi Mbak Citra...”
”Masuk sini aja pak... Tunggu di dalam rumah saya... Mbak Citra mungkin sebentar lagi pulang” ajak Maryati.
”Nggak apa-apa bu... Saya tunggu didepan saja” jawab Pak Darjo kembali keteras rumah Citra.

Benar, Tidak begitu lama terlihat sebuah sepeda motor butut muncul dari ujung komplek, seorang lelaki tua membonceng wanita jelita.

poker uang asli
“Busyet... Pakaiannya seksi sekali...” batin Pak Darjo. Sambil melihat ke arah wanita itu tanpa mengedipkan mata.

Siang itu, Citra hanya mengenakan sebuah daster bali berkain katun tipis warna warni yang pendek. Saking pendeknya, bawahan dasternya tak mampu menutupi paha mulusnya dengan sempurna.

"Bentar ya pak saya mau turun... Tahan... Jangan digoyang-goyang motornya... Ntar saya jatuh..." Pinta Citra pada pak utet.
"Hak hak hak .... Kalo digoyang mah yang ada mah moncrot keluar neng... Bukan jatuh..." Balas Pak Utet mesum.
"Idih... maunya tuh moncrot terus... Khan barusan juga udah dapet... Ntar abis tuh peju..."
"Yaaa.. Namanya juga nafsu Neng... Pasti minta dikeluarin terus... Apalagi kalo maennya ama Neng Citra... Sampe nginep-nginep juga bapak mau neng.."
"Bener yaaaa... Awas aja kalo nanti tau-tau minta pulang.... Hihihi..."
"Nggak bakalan neng... hak hak hak...."

Beruntung, karena melihat sosok Citra lekat-lekat, Pak Darjo tak mendengar perkataan mesum Citra dan Pak utet. Melihat Citra yang turun dari motor, Mata Pak Darjo seolah mau lepas dari tempatnya. Selain itu, karena Citra menurunkan beberapa macam belanjaan dari motor, membuat ia berulang kali harus menundukkan badannya. Dan dari depan jaket kain Citra yang tak tertutup rapat, Payudara besar Citra seolah turut menyapanya. Payudara tanpa bra itu kelihatan bergoyang-goyang seiring gerakan Citra.
poker uang asli
"Busetttt tuuh teteeeekkk.... pasti enak tuh kalo dikenyot-kenyot...."

"Ehem.... Pak Darjo... " Kaget Citra yang sama sekali tak menyadari jika diteras rumahnya ada bapak pemilik kontrakan, "Tumben Pak dateng kesini..." Selah Citra membuyarkan lamunan lelaki gemuk itu ketika melihat kearah payudaranya.
"Eeh iya mbak..."
"Ada perlu apa ya...?” Sapa Citra berusaha sopan sambil melewati Pak Darjo yang sedang duduk di bangku teras rumahnya, membuka rumah lalu mengambil air putih, suguhan ala kadarnya buat Pak Darjo dan Pak Utet. Lagi-lagi, ketika Citra menyuguhkan air minum itu, Pak Darjo melihat payudara Citra yang bergelantungan manja dari luar dasternya yang berleher rendah.
"Uuuhhh... Jadi ngaceng aku melihat tubuh semok ini..." ujar Pak Darjo sambil membetulkan benda yang mulai mengeras diselakangannya.

Citra sebenarnya tahu jika maksud kedatangan Pak Darjo adalah untuk menagih rumah , cuman demi menjaga hubungan baik mereka, tetap saja ia harus menyembunyikan wajah kurang menyenangkannya. Dan dari ekor matanya, ia juga tahu jika sedari awal tadi, Pak Darjo tak henti-hentinya menatap mesum kearahnya.

"Silakan diminum pak... " Kata Citra mempersilakan tamu-tamunya menikmati suguhan air putih sambil duduk di kursi teras diseberang kursi Pak Darjo. Karena dasternya yang pendek, membuat paha putih mulus Citra kembali terlihat.

"Pak...?" Tanya Citra sambil melambai-lambaikan tangannya kewajah Pak Darjo. Membuyarkan lamunannya yang sudah mulai absurd.
"Ehh.. Eh iya mbak... Begini..." kembali Pak Darjo membetulkan selangkangannya. "Begini mbak Citra yang cantik... Maksud kedatangan saya kemari adalah... Sekedar Silaturahmi, sekaligus, ingin menagih janji mbak Citra....
"Oooo.. mau menagih duit kontrakan...?"
"Hehehe... Iya mbak... Berhubung si Srinah, tahu Srinah khan...?" Jelas Pak Darjo sok akrab.

poker uang asli
Citra menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Si Srinah, istri ketiga saya akan melahirkan, otomatis saya harus menyiapkan segala macam kebutuhan buat biaya lahiran.... Nah oleh sebab itu saya kemari.... " Kata Pak Darjo menjelaskan dengan meta jelalatan menatap lawan bicaranya. ".... Mau minta bayaran sewa rumah dua bulan kemaren..."

Lagi-lagi mata mesumnya melirik tajam kearah selangkangan Citra yang sedikit terbuka. Mencoba merekam setiap jengkal paha mulus itu di dalam benaknya.

"Ooohhh gitu ya pak... Sebenernya sih saya mau bayar... Cuman kok ya, saya masih belum ada duit yang bisa dibayarkan... " Jelas Citra.
"Memangnya suami neng nggak pernah kasih duit...?"
"Ngasih sih pak... Cuman khan hanya buat hidup sehari-hari...."
"Lalu duit kontrakannya...?"
"Yaaah... boro-boro ngasih duit kontrakan pak... Wong buat makan aja kadang susah... Apalagi, akhir-akhir ini malah Mas Marwan juga jarang pulang.."
"Loooh...? Kok bisa jarang pulang....?"
"iya..."
"Berarti mbak Citra kesepian dong..." Celetuk Pak Darjo berusaha melucu.
"Enggak juga sih pak.. Khan masih ada Pak Utet yang menemani..." Jawab Citra lagi sambil menujuk ke arah Pak Utet yang sedari tadi sibuk mengelapi motor bututnya. Pak utet yang merasa namanya dipanggil Citra segera menengok sambil tersenyum kearah Pak Darjo.

"Mas Marwan masih sibuk dengan kerjaannya pak... jadi belum banyak bisa ngasih duit...."
"Masa kerja mulu tapi ga ngasih duit. Aneh..
"Ya gitu deh pak... Namanya juga pekerja lapangan.. Jadi ya jarang dirumah..."
"Lalu kira-kira kapan saya bisa dapet kepastian tanggal Mbak Citra bisa bayaran kontrakannya..?"

Tak menjawab, Citra hanya bisa menarik nafas panjang sambil menggelengkan kepalanya.

"Waaduuuhhh... Ya ngak bisa gitu juga mbak... Saya udah tidak bisa memberikan toleransi lagi mbak.. Mbak sudah menunggak duit kontrakan lebih dari dua bulan.... Otomatis kalo mbak nggak bisa mbayar, mbak harus angkat kaki dari rumah ini secepatnya...." Ancam Pak Darjo.
"Ayolah pak...Saya mohon ya pak..."
"Nggak bisa Mbak... Orang yang mau nempatin rumah ini sudah banyak yang mengantri.."
"Janji deh pak... Beri saya waktu seminggu lagi....."
"Hmmm... Gimana ya... Sebenarnya saya juga senang mbak... Rumah kontrakan saya ditempati oleh Mbak Citra yang cantik ini. Tapi kalo terus-terusan menunggak begini, bisa digoreng saya sama si Srinah dan istri-istri saya lainnya..."
Poker Online Terpercaya

"Saya bakal usahakan pak... Seminggu lagi mas Marwan pasti udah dapat duit buat bayar kontrakan kok... Percaya deh..."
"Kalo misalnya belum dapet duit juga...?"

Terdiam, citra tak mampu mengatakan apa-apa. Masalah ekonomi memang selalu menjadi masalah pelik buatnya. Terlebih saat ini, ia sudah tak memiliki barang berharga lagi. Dengan menarik nafas panjang, Citra menawarkan sebuah solusi yang tak mungkin dapat ditolak oleh Pak Darjo.

"Hhhmmm.. Kalo minggu depan saya masih belum bisa bayar duit kontrakan..." Citra menarik nafas lalu menghembuskan pelan, "Terserah bapak mau apakan saya..."
"Mau apakan gimana neng..?"
"Ya saya bersedia melakukan apapun pak... "
"Apapun...? Termasuk......."
Citra mengangguk. Mengiyakan. "Terserah bapak. Daripada saya harus tinggal dijalanan..."

Merasa percakapan antara pak Darjo dan Citra mulai mengarah ke arah yang kurang jelas, pak Utet langsung turun tangan.

"Memangnya tagihan kontrakan Neng Citra berapa pak? " Tanya Pak Utet dengan nada cukup lantang.

Pak Darjo menatap tajam kearah Pak Utet dengan tatapan merendahkan. "Utangnya banyak pak... " Jawab Pak Darjo ketus.
"Sebanyak apa...?" Tanya Pak Utet lagi.
"Duit kontrakan rumah ini sebulannya 600 rebu... Ini mbak Citra sudah menunggak lebih dari dua bulan, dan sekarang mau masuk tagihan bulan ketiga.... " Jelas Pak Darjo, "Kenapa pak... Bapak mau bayarin...? Kaya sanggup saja...." Tambah Pak Darjo melecehkan.

Sambil tersenyum, Pak Utet mengeluarkan beberapa lembar uang dari kantongnya. "Ini saya ada duit 400 rebu, buat sekedar jaminan...." Kata lelaki tua itu sambil menyodorkan gepokan uang receh pada pa Darjo, "Santai saja pak... Neng Citra pasti bakal bayar kok...."
"Pak Utet... Gak usah repot repot pak..." cegah Citra sambil menahan tangan pak Utet mendekat ketubuh Pak Darjo.
"Nggak apa-apa neng... Santai saja..." Ucap Pak Utet sambil tersenyum, "Ini pak terima saja uangnya..."

Dengan perasaan malu, Pak Darjo segera menyembar semua uang receh dari tangan Pak Utet. Lalu, ia memperiksa lembara-lembaran uang itu sambil beberapa kali menerawang uang tersebut ke arah langit.

"Kampret... Gara-gara lelaki tua sialan, aku jadi gagal mendekati istri Marwan itu.." Gerutu Pak Darjo sambil beranjak pergi ," Okelah kalo begitu... Saya pergi dulu...." Tutup Pak Darjo sembari langsung beranjak pergi menginggalkan Citra dan Pak Utet.

"Pak... Makasih ya... " Ucap Citra sambil tak henti-hentinya tersenyum simpul.
"Makasih apaan neng...?"
"Makasih udah mbantuin aku.... Seharusnya bapak nggak perlu ngelakuin itu semua... Aku yakin kok bentar lagi mas Marwan pulang bawa banyak duit...."
"Hak hak hak... Halaaah...Gausah dipikirin Neng.."
"Kalo gitu saya balas dengan MPPPFFF...."

Kecup Citra melahap habis bibir tebal Pak Utet, sambil menggiringnya masuk kedalam rumah.

***

"Semprul...Kakek-kakek kampret....." Ucap Pak Darjo berulang kali sambil menyeruput secangkir kopi panasnya yang sudah mulai dingin.
"Ada apa toh mas...? Kok mukanya kusut gitu...?" Tanya Limun, si pemilik warung kopi.
"Berantakan Munnn... Pokoknya... Berantakan..."
"Opone yang berantakan mas..?" tanya Limun lagi.
"Aku baru saja dipermalukan oleh tukang ojek jeleknya si Citra...?" Jelas Pak Darjo.
"Dipermalukan...? Maksudnya...?"
"Iya... Gara-gara lelaki kerempeng itu, aku tak bisa mendekati si Citra...."
"Owalaaahh... Emangnya bapak naksir istri Mas Marwan itu ya....?" Tebak Limun.
"Kekekekekek.... Kenapa kamu...? Kaget...?" Tawa Pak Darjo lagi, "Boleh donk aku perlihara wanita jelita itu... Toh dia sering diterlantarkan oleh suaminya... Bayangin, punya bini secantik Citra, ga bakalan aku bolehin jalan kemana-mana... Sepanjang hari kerjanya cuman.... Kekekekekek ...."
"Hahahaha... Ngimpi kowe mas...."
"Wah.. gara-gara mbayangin si Citra, aku jadi ngaceng... Udah-udah Mun... Berapa totalannya... Aku mau pulang ke istri-istriku saja kalo gitu...."

Segera saja, Limun menghitung semua pesanan Pak Darjo, "Cuman lima belas ribu aja mas..."
"Eh... Mun... Sek sek... Handphone aku mana ya...?"

Sambil kebingungan, tiba-tiba ingatan Pak Darjo kembali ke rumah Citra. Sepertinya handphone itu tertinggal disana. Pak Darjo buru-buru membayar kopinya dan segera balik lagi kerumah Citra.

***

Tak berapa lama, Pak Darjo sudah sampai didepan pintu pagar rumah Citra.

"Kok sepi ya...?" Kata Pak Darjo sambil celingukan, "Tapi pintu depannya kok masih terbuka...?" Tambahnya lagi sambil celingukan.
"Nah itu dia Handphone aku..." Girang Pak Darjo yang melihat telephon genggamnya masih berada di atas meja teras.

Tanpa mengetuk pintu pagar, Pak Darjo masuk ke halaman rumah Citra, mengambil handphonenya lalu memasukkannya kedalam saku celana. Melihat pintu rumah yang melompong begitu saja, membuat keisengan pak Darjo muncul. Ia ingin mencari tahu, istri Marwan yang cantik jelita itu sedang apa di cuaca yang panas seperti ini.

"Neng Cit...."

Tak sempt menyelesaikan panggilannya, mata Pak Darjo seketika itu langsung melotot. Terbelalak lebar menatap pemandangan dibalik pintu ruang tamu. Nampak, kedua insan yang bertelanjang bulat itu sedang melakukan sebuah permainan yang sangat melanggar norma-norma kesopanan. Tubuh Pak Utet rebahan di kursi sofa, sementara Citra duduk diatas selangkangannya. Pinggulnya dengan lincah bergerak maju mundur sambil kedua tangannya meremas-remas payudaranya yang menggelantung besar, mulutnya menceracau tak jelas sambil terus menjilati payudaranya yang besar.

Karena terlena melihat persetubuhan Citra dan Pak Utet, Pak darjo membuka pintu depan itu lebih lebar lagi. Namun tak dikira, ternyata pintu itu bersuara berisik sekali.

KKKRRRRIIIEEETTTT....

Mendengar suara pintu rumahnya terbuka makin lebar, Citra buru-buru menengok ke arah suara itu berasal. Setelah tahu jika ada seseorang yang sedang mengintip perselingkuhannya, buru-buru ia meloncat, mencabut tusukan penis Pak utet yang masih bersarang di vaginanya, lalu berlari kedalam kamar. Begitu pula dengan Pak Utet. Sadar jika tunggangannya berlari panik, ia juga ikut-ikutan lari tunggang langgang menyusul Citra kedalam kamar.

"Mampus aku Neeeeng... Yang punya kontrakan dateng..." bingung Pak Utet.
"Tenang pak.... Tenang... Mungkin Pak Darjo tidak melihat kita..."
"Nggak mungkin Neng... Pasti bapak itu tadi melihat persetubuhan kita.... Bapak langsung pergi saja ya Neng... Khawatir bapak itu memanggil seluruh warga kampung..."

"Mbak...? Mbak Citra....? Permisi...." Suara panggilan Pak Darjo dari arah ruang tamu, "Mbak... Saya masuk ya... Ada yang ingin saya omongkan..." ucap Pak Darjo lagi.

Dan beberapa saat kemudian, sosok lelaki itu sudah berada di depan pintu kamarnya. Perlahan, jemari gempal Pak Darjo menyibak horden.

Seketika, mata Pak Darjo kembali melotot ketika melihat pemandangan yang nampak di dalam kamar tidur Citra. Wanita seksi itu, hanya berdiri kaku sambil termenung bingung menatap sosok tua yang sedang tergesa-gesa mengenakan pakaian didepannya. Seumur-umur, Pak Darjo tak pernah melihat wanita dengan tubuh sesempurna Citra.

Untuk sesaat, mereka bertiga hanya bisa saling memandang satu dengan yang lain. Saling terkesima. Pak Darjo terbelalak menyaksikan pemandangan Citra dan Pak Utet yang masih dalam keadaan telanjang, Pak utet masih kaget karena perselingkuhannya tertangkap basah, dan Citra hanya diam seribu bahasa karena tidak tau apa yang harus dilakukannya.

"HEH BANGSAT... SEDANG APA KAMU DISITU.." Teriak pak Darjo lantang sambil menyerbu masuk kekamar Citra. Dengan satu gerakan, Pak Darjo langsung membekuk Pak utet yang masih berusaha mengenakan pakaiannya. "KAMU SEDANG MEMPERKOSA ISTRI MARWAN YA...?"

"Memperkosa..?" Tanya Pak Utet bingung. Dengan sekuat tenaga, ia berusaha melepas cengkraman tangan besar Pak Darjo sambil terus memakai semua pakaiannya. "Enak aja... Saya nggak memperkosa.. Neng Citra yang ngajak ngentot..."

Kaget sekaget-kagetnya, Pak Darjo sama sekali tak menyangka jika wanita secantik dan seanggun Citra, mau mengajak bercinta lelaki tua renta seperti Pak Utet. Seketika, Pak Darjo merasa kalah. Namun karena gengsi untuk meminta maaf, Pak Darjo tetap saja memelintir tangan lelaki tua itu.

"BANGSAT... NGGAK MUNGKIN... MBAK CITRA NGGAK MUNGKIN MINTA DITIDURIN OLEH LAKI-LAKI RENTA SEPERTIMU.... AYO... IKUT AKU KE KANTOR POLISI...."

"Jangan Pak... Jangan lapor ke kantor Polisi..." Tiba-tiba Citra mendekat dan menyentuh lengan tebalnya, ia seolah berusaha membebaskan Pak Utet dengan rayuannya. Luluh, Pak Darjo lalu melepaskan cengkeraman tangannya. Setelah bebas, buru-buru Pak Utet melanjutkan memakai pakaiannya lagi.
"Waduh, nggak bisa Mbak... Saya tak bisa membiarkan rumah kontrakan saya dijadikan sebagai tempat mesum oleh lelaki tua ini..." Jawab Pak Darjo dengan intonasi nada rendah.
Lagi-lagi, Citra menarik nafas panjang. " Maafin Pak Utet Pak.. Memang saya kok yang mengajak dia meniduri saya..."

Kembali, pak Darjo kaget. Ia benar-benar tak mengira jika wanita yang sedang bertelanjang bulat didepannya itu bakal senakal itu.

"Enggak Mbak. Saya tetap harus melaporkan kejadian ini.. Paling tidak, saya harus melaporkan kepada Pak RT atau Pak RW..."

".... Waduh Neng... Gimana nih...?" tanya Pak Utet bingung, "Kita bakal diarak warga keliling kampung..."
"Sebentar-sebentar... Nama anda siapa pak...? Anda sepertinya bukan warga sekitar sini khan...?"

Tak menjawab, pak utet terus saja mengenakan semua pakaiannya dengan buru-buru.
"Heh... Pak tua... JAWAB PERTANYAANKU..." hardik Pak Darjo sambil mendorong pak utet jatuh kearah kasur.
"Aku pulang saja ya Neng..." kata Pak Utet tak menggubris pertanyaan Pak darjo. Dengan batang penisnya yang masih berlumuran cairan vagina Citra, ia terus mengenakan pakaiannya. Dan setelah semuanya terpakai, dengan buru-buru Pak Utet pergi meninggalkan Citra. Dengan kecepatan super cepat, Pak Utet sudah bertengger di motor, siap-siap mengengkol mesin motor bututnya.

Merasa tak digubris, Pak Darjo langsung naik pitam. Ia buru-buru menghambur keluar rumah dan menangkap Pak Utet yang hendak kabur. "HEH BANGSAT... SINI.. JANGAN KABUR...."

Tak ingin insiden ini semakin panas, Citra pun segera mengejar Pak Darjo keluar rumah dan memeluk tubuh lelaki gemuk itu. Dengan tak mempedulikan tubuh telanjangnya, ia menarik tangan Pak Darjo supaya melepas Pak Utet pergi.

"Pak... Jangan pak... Tolong biarin Pak Utet pergi...." Cegah Citra sambil memeluk tubuh pak Darjo dari belakang.
"Tidak bisa Mbak... Saya tetap harus melaporkan lelaki BANGSAT ini ke pihak berwajib...."

Pak Darjo heran dengan apa yang dilakukan Citra. Mengapa wanita cantik itu begitu ingin dirinya melepaskan lelaki tua ini.
"Pak jangan Pak.... "

Tanpa mendengar teriakan Citra, Pak Darjo terus saja mencekik leher pak Utet dan menyeret tubuh lelaki tua itu supaya turun dari motornya. Merasa usahanya sia-sia, Citra lalu melepaskan pelukannya lalu merentangkan tangannya lebar-lebar, mencegat kedua pria itu supaya tak bertengkar semakin panas.

"PAK DARJO... TOLONG LEPASIN PAK UTET...." teriak Citra lantang.
"Minggir Mbak..."
"Aku mohon pak... Lepaskan Pak Utet..."

Citra sadar jika usahanya sama sekali tak membuahkan hasil. Ia juga sadar, jika Pak Darjo tetap tak mau melepaskan selingkuhannya, keributan ini bakal menjadi lebih panjang, dan bisa menarik perhatian tetangga sekitarnya. Sehingga ujung-ujungnya, banyak orang yang tahu jika selama ini Citra sudah berbuat serong dengan lelaki lain.

Merasa tak ada jalan keluar, Citrapun akhirnya menggunakan jalan satu-satunya. "Jika bapak sudi melepaskan Pak Utet... Bapak boleh memilikiku jika bapak mau..."

Kalimat terakhir Citra sepertinya sangat ampuh meredam amarah Pak Darjo.
"Ke... Kenapa Mbak...?" Tanya lelaki gemuk itu seolah tak percaya dengan apa yang ia dengar tadi.
"Barusan... Mbak bilang apa...?"

"Pak Darjo boleh memilikiku jika mau..."

Bak memenangkan undian togel, hati pak Darjo mendadak berbunga-bunga. Sebuah senyuman terukir di wajah gelap Pak Darjo. Lebar sekali, hingga ujung bibirnya bisa menyentuh telinga. "Mimpi apa ya aku semalam? Citra agustina akhirnya menyerahkan dirinya padaku.."

"Kamu sadar khan mbak maksud dari perkataanmu barusan....?"

Tak menjawab, Citra hanya menganggukkan kepala.

Perlahan, ia melepas cengkraman tangannya pada leher Pak Utet, membiarkan lelaki tua itu kembali pergi. Tak ingin mensia-siakan kesempatan ini, Pak Utet buru-buru menstater motornya, lalu kabur meninggalkan komplek rumah kontrakan Citra.
 "Sudah mbak.... Aku sudah melepaskan lelaki bajingan itu... " Kata pak Darjo sambil terus-terusan mengembangkan senyum liciknya, "Lalu.... Sekarang gimana...?"

Masih dengan diam, Citra buru-buru membalikkan badannya, lalu melangkah masuk kedalam rumahnya, dengan wajah kusut. Tampak kebingunan di wajah cantiknya. Ujung kedua alisnya bertaut. Dan kerut didahinya benar-benar terlihat jelas. Wanita jelita itu benar-benar bingung. Ia tak menyangka jika perselingkuhannya dengan Pak Utet bisa ketahuan karena ketelodarannya.

Mendadak, terlintas di benak Citra semua akibat dari perselingkuhan yang terlah ia lakukan. Mas Marwan murka, dan langsung menceraikan dirinya. Nama baiknya rusak. Tak ada kepercayaan lagi oleh orang sekitar terhadap dirinya. Dikucilkan dari masyarakat.

Duduk di sofa ruang tamu, Citra hanya diam. Dewi keberuntungannya kali ini sama sekali tak bisa membantu masalahnya ini.

Melihat Citra yang sedang bingung, Pak Darjo buru-buru mendekat kearah Citra. Ia lalu mengajak Citra pergi ke kamar tidurnya. Masih dalam kondisi bingung, Citra menuruti permintaan lelaki gemuk itu. Dan sesampainya di dalam kamar, Pak Darjo segera menubruk tubuh ramping Citra. Ia memeluk tubuh wanita cantik itu erat-erat, sambil mulai mengecupi kening dan pipi mulusnya.

Seketika, Citra tahu apa yang sedang pak Darjo mulai lakukan pada dirinya. Itu adalah konsekwensi dari kalimat terakhirnya. Iya, ia harus menyerahkan semua kehormatan dirinya kepada pemilik kontrakan bertubuh tambun ini.

"Kehormatan....?" tanya citra dalam hati, "Memangnya aku masih punya kehormatan...?"
"Setelah bersetubuh dengan Pak Utet, Seto, dan sekarang Pak Darjo... Masih adakah kehormatan dari diriku yang masih tersisa...?"

Dalam menit-menit terakhir, akhirnya Citra menyerah. Setelah susah-susah berusaha mencari jalan keluar dari semua masalah yang menimpanya, mendadak Citra tersenyum.

"Tak apalah, jika aku harus melayani para lelaki-lelaki hidung belang itu... Karena paling tidak, aku tak harus pusing-pusing memikirkan beban ekonomi yang harus aku tanggung...."

Melihat wanita yang sedang dipeluknya mendadak senyum-senyum sendiri, Pak Darjo kembali menatap raut wajah dan tubuh telanjang Citra dalam-dalam.
"Akhirnya aku bisa mendapatkan dirimu mbak..." Ucap Pak Darjo sebelum akhirnya ia memeluk kembali tubuh jelita Citra lagi.

Citra dapat merasakan desah hembusan nafas birahi lelaki gemuk itu menerpa keningnya, matanya, pipinya, hingga lehernya. Tak ingin terlihat malu-malu, Citra lalu memejamkan mata , tak tau harus menolak atau menikmati kecupan mesra lelaki gemuk itu. Perlahan, birahi Citrapun mulai terusik kembali, apalagi setelah kecupan Pak Darjo mulai merambat sampai pada bibir tipisnya.

"Hangat sekali kecupanmu... Pak Darjo..." batin Citra sambil mulai mempersilakan lidah lelaki tua itu bermain dalam mulutnya. Tangan nakal Pak Darjo pun tak tinggal diam, mulai merayapi payudara, perut, pantat, vagina hingga paha Citra. Mencoba meresapi kehalusan kulit istri Marwan itu.

"Ehhhhmmm....." Desah Citra, menikmati usapan dan belaian serta kecupan bibir Pak Darjo.

Melihat Citra hanya diam pasrah, Pak Darjo semakin bersemangat. Dari gerakan yang awalnya hanya mengusap dan membelai, hingga pada akhirnya ia mulai meremas, memilin dan mencubit. Apa saja ia remas, pantat, perut, pinggul hingga payudara Citra tidak luput dari remasannya. Hal ini semakin membuat Citra menjadi lemah tidak berdaya, nafsunya yang sempat padam karena ditinggal oleh lelaki pengecut seperti Pak Utet, perlahan mulai terbakar lagi.

Sedikit demi sedikit Pak Darjo mendorong tubuh Citra ke arah kasur.

Citra yang sudah dimabuk birahi itu hanya bisa menurut saja ketika ia diminta Pak Darjo untuk menurunkan tubuhnya dan duduk dikasur. Pak Darjo lalu mengikuti Citra duduk ditepi tempat tidur dan mulai memainkan lidahnya diseputar puting payudaranya.

Dengan sekali dorong, Pak Darjo merebahkan tubuh indah Citra kebelakang. Membuatnya telentang. Sekali lagi, lelaki tua itu mengamati keindahan tubuh Citra. Mengagumi setiap pori-pori kulitnya yang mulus tanpa luka. Mengagumi payudara besarnya yang membuncah indah. Mengagumi bibir vagina Citra yang gemuk seperti kue apem

Dalam diam, Citra mulai mengapai tubuh pak Darjo yang masih berdiri di samping tempat tidurnya. Berusaha meraih tonjolan daging yang tumbuh diselangkangan Pak Darjo.

"Buka bajunya pak..." Ucap Citra lembut.
Melihat Citra mulai berinisiatif, Pak Darjo segera memelorotkan celana panjang beserta dalemannya. Tak lupa ia juga melucuti kemeja lusuhnya dan melemparnya ke sudur kamar.

Pada akhirnya, tampaklah oleh Citra, tubuh hitam nan gemuk milik Pak Darjo. Walau penisnya tak terlalu panjang, tetap saja Citra merasa kagum akan kegemukannya. Irip ubi jalar. Kepalanya kecil, tapi batangnya benar-benar besar.

Perlahan, Pak Darjo mulai mengulik vagina Citra. Menggelitik mesra, sambil sesekali menjilat klitorisnya. Citra tak mengira jika gaya pemainan lelaki yang temperan itu benar-benar sopan. "Sepertinya, Pak Darjo bisa berlaku romantis juga... " Kata Citra dalam hati. Tak seperti permainan seks mas Marwan yang asal gabruk, tubruk, tusuk, dan akhirnya ambruk. Seruntulan.

Tidak puas hanya dengan hanya mengusap vaginanya, Pak Darjo mulai menusuk-nusukan jemarinya kevagina Citra yang telah basah oleh cairan birahinya.

"Eeehhmmm....Pak..." Panggil Citra pelan
"Hmmmm...."
"Jangan laporin kejadian tadi ke Mas Marwan ya pak...."
"Kekekekek... Kita lihat saja nanti... " Kekeh lelaki gemuk itu.
"Tolong ya pak.... Jangan...."
"Trus kalo aku nggak lapor ke suamimu, aku dapet apa...?"
"Apa aja pak..."
"Apa saja itu gimana..? Aku nggak ngerti...."

CLOK CLOK CLOK.
Rupanya vagina Citra sudah benar-benar basah, karena tak terasa, kocokan jemari Pak Darjo sudah diiringi oleh lendir-lendir liang vaginanya.

"Aku rela pak jadi MADUMU...."
"Kekekekekek .... Kalo aku nggak mau gimana...?"
"Kamu nggak mau pak...?"
"Buat apa wanita tukang selingkuh sepertimu dijadikan maduku...?" Ejek Pak Darjo.

Citra hanya diam.

"Kamu pasti wanita murahan.... Sama lelaki tua aja mau diajak ngentot.."
"Ayo coba ngaku, kamu sudah berselingkuh ama berapa orang..?"

Lagi-lagi Citra diam, tak menjawab,

"Kekekekekek.... Aku yakin kamu sudah dipake banyak orang..." Ejek Pak Darjo sambil terus mengocok vagina banjir Citra cepat-cepat.

CLOK CLOK CLOK

"Dasar LONTE.... "

Mendengar hinaan Pak Darjo, Citra buru-buru bangkit. Ia langsung berdiri dan meninggalkan pak Darjo. Walau ia sudah benar-benar bernafsu, namun panggilan Pak Darjo buat dirinya tadi membuatnya emosi.

"Heh... Lonte.. Mau kemana...?" Tanya Pak Darjo sambil mengamit tangan kecil Citra. Dengan sekali kibas, lelaki gemuk itu membanting tubuh kecil Citra keras-keras ke kasur.

"Aaaawww.... Pakk..." Rintih Citra begitu tubuhnya terhempas ke atas kasur, "Kasar banget kamu pak..."
"Jangan sok suci Mbak.... Lonte sepertimu harusnya tak aku perbolehkan tinggal di sini..."
"Lepasin...!"
"Udahlah Mbak... Ga usah banyak bacot... "
"Aku bisa teriak pak..."
"Kekekekek... Teriak saja mbak... Biar sekalian orang kampung tahu, betapa binalnya dirimu... " Ujar Pak Darjo, "Udah nggak bisa bayar kontrakan, pamerin tubuh telanjang biar nggak jadi ditagih duit sewa.. Gitu ya...? Orang-orang pasti bakalnya berpikir seperti itu.. Kekekekekek...."

"Sialan.... Apa yang dikatakan lelaki busuk ini ternyata cukup masuk akal..." Gerutu Citra.

"Ayo... Sekarang kamu nungging..." Pinta Pak Darjo kasar. "Kalo kamu mau jadi MADUKU.... Kamu harus layani aku dengan segenap hatimu.... LONTE MURAHAN...."

Tak pernah seumur-umur Citra dilecehkan seperti ini. Lonte. Dengan tatapan penuh amarah, Citra tak menjawab pertanyaan Pak Darjo, ia hanya terus menatap tajam kearah lelaki gemuk itu.

"Gimana...? Mbak Citra Agustina yang terhormat.... Apakah kamu mau kamu jadi lonteku...?" Goda Pak Darjo semakin mempercepat kocokan jemarinya ke liang kenikmatan Citra.

CLOK CLOK CLOK

"Jawab...!" Bentak Pak Darjo lagi. "Mau nggak kamu jadi lonteku...?"

Tanpa menunggu jawaban Citra, Pak Darjo segera membekuk tangan Citra kesamping tubuh rampingnya. Lalu dengan satu tangan lainnya, ia menindih dan memasukkan alat kelaminnya kedalam kemaluan istri Marwan itu dalam-dalam. Vagina Citra yang sudah benar-benar basah, segera saja menyambut penis gempal pak Darjo.

CLEP...

Tak mampu bergerak, Citra hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sambil menggigit bibir bawahnya. Dalam penolakannya, ia berusaha merasakan kenikmatan tusukan kasar dari penis gemuk Pak Darjo. Walau penis itu tak sebesar dan sepanjang penis Pak Utet, tetap saja, mampu membuat birahinya kembali menggelegak.

Tak lama, kemaluan Pak Darjo berhasil melesak seluruhnya. Sejenak, mereka terdiam sambil saling merasakan kenikmatan persetubuhannya,

poker online terpercaya
"Gimana mbak....? Kamu mau jadi LONTEKU...?"
Tak menjawab. Citra hanya diam sambil terus menatap tajam kearah Pak Darjo. Citra sama sekali tak mengira, jika lelaki yang dihormatinya itu bakal melakukan tindakan hina seperti ini. Pak Darjo tega memperkosa Citra di rumahnya sendiri, di atas kasur yang biasa ia gunakan untuk bersetubuh dengan suaminya.

"Nggak usah kamu jawab juga aku sudah tahu mbak..." Ucap Pak Darjo penuh keyakinan. "Liat aja memek kamu yang membanjir seperti ini, aku tahu jika kamu suka diperlakukan seperti ini ya...? Kekekekek...."

Sekali lagi, Citra dibuat malu oleh lelaki gemuk itu. Apa yang dikatakan oleh lelaki gemuk itu benar. Walau wajahnya menunjukkan penolakan terhadap apa yang sedang dilakukan Pak Darjo pada dirinya, tubuhnya tidak sama sekali. Tubuh moleknya justru menikmatinya.

"Aku tahu... Kamu bakal bersedia Mbak... Kekekekek..." Tawa Pak Darjo. Dengan kecepatan tinggi, lelaki gemuk itu mulai menggenjot penisnya keliang vagina Citra. Menusuk dan mencabut batang gemuknya dengan kecepatan tinggi.

"Wuuuoooooo.... Sempit banget memekmu mbak... " puji Darjo, yang seumur-umur belum pernah merasakan vagina sesempit milik Citra. Walaupun ia telah sering menikah, tak satupun dari ketiga istrinya yang memiliki vagina seperet Citra. "Aku nggak ngira... Lonte Cantik sepertimu punya memek yang menggigit seperti ini...."

"Ehhmmm.. Ssshhshhhhsss...."

Mendapat tusukan cepat seperti itu, mau tak mau membuat Citra akhirnya mulai mendesah keenakan. Rupanya ia tak kuat juga menahan gempuran birahi penis Pak Darjo. Perlahan, erangan dan desahan kenikmatan meluncur dari bibir tipis Citra.

"Kekekek.... Kenapa mbak...?" Goda Pak Darjo yang tiba-tiba mencabut penisnya dari vagina Citra.
"Ooohhh...." Erang Citra, " Paakk....."
"Kenapa mbak....? Pengen lagi..."

CLOP. Pak Darjo kembali menusukkan penisnya lalu mencabut kembali.

"Ooohhhmmm.... Ssshhh... Pak..."

"Kekekek... Mukamu lucu sekali mbak...."

CLOP. Lagi-lagi Pak Darjo menggoda Citra. Dengan santai ia menghujamkan penis gemuknya lalu mencabutnya kembali. "Kekekekekek...."

Merasa dipermainkan seperti itu, membuat Citra meronta-ronta nikmat.

"PAK DARJO... ENTOT AKU PAAKK... JANGAN PERMAINKAN NAFSUKU... " Jerit Citra.

"Kekekekekek.... Gimana Mbak...? Kamu bersedia jadi LONTEKU..?"
"Ooohh.... Iya pak... "
"Iya Apa...?"
"IYA PAAAKK.. AKU BERSEEEDDDIIIAAAAA...." Erang Citra lagi.
"Kekekekekek..."

poker online terpercaya
Mendengar lawan bercintanya mulai mendesah-desah, Pak Darjo pun semakin cepat menggerakkan pinggulnua. Menghujamkan batang penisnya dalam-dalam ke vagina sempit Citra.
"Enak ya mbak...?"
"Ehhmmmm...."
"Kekekekek.... Dasar lonte..."

Suhu Sabtu siang yang sudah panas, semakin dibuat panas oleh kelakuan bejat mereka. Dan tak lama kemudian, desahan lantang pun mulai terdengar nyaring di komplek yang sedang sepi begini.

Mendengar panggilan kasar Pak Darjo kali ini, entah kenapa tak membuat Citra sakit hati. Malah, ia semakin bernafsu untuk dapat mengalahkan stamina lelaki gemuk yang sedang mencucuki vaginanya.

Namun apa daya, persetubuhan dengan Pak Utet sebelumnya, cukup membawa dampak besar bagi Citra. Terbukti, gelombang orgasmenya langsung menerpa. Dari pangkal pahanya, rasa panas mulai menjalar naik ke rahimnya, membawa sengatan-sengatan orgasme semakin mendekat.

Begitupun oleh Pak Darjo, gelijang tubuh Citra yang hendak orgasme sangat terasa olehnya. Istri Marwan itu lalu berulang kali mengangkat tubuhnya tinggi-tinggi disertai gerakan kepanya yang tak terkontrol. Dan benar, beberapa detik kemudian, tubuh Citra bergetar hebat, disertai cengkraman kukunya pada punggung gemuk Pak Darjo.
"Pak... Aku keluar.... AKU KELUUUUAAAARRRR PAAAAKKKK.."

CREET CREET CREECETT.
Semprotan lendir birahi keluar dari vagina sempit Citra, diiringi oleh kedutan hebat dinding-dinding rahimnya.

Merasakan pijatan vagina yang belum pernah ia rasakan sebelumnya, Pak Darjo pun tiba-tiba merasa ingin orgasme. Dengan kecepatan maksimal ia kemudian memacu gerakan pinggulnya naik turun, sembari menindih dan memainkan payudara Citra yang nampak tak berdaya sama sekali setelah ia mendapatkan orgasmenya.
"Aku juga keluar Mbak... AAAAAAAAAAAARRRRRRRRRRRGGGGGGGGGGHHHHHHHHH...."

CROT CROT CROCOOOT....

poker online terpercaya
Tak terbayangkan nikmat yang dirasakan Pak Darjo ketika menyemburkan benih-benih kejantanannya kedalam rahim Citra. Nikmat di ujung penisnya berasa langsung menyebar ke seluruh penjuru syaraf tubuhnya. Menghantarkan getaran-getaran enak yang tak mampu terlukiskan dengan kata-kata.

"Ini adalah orgasme terhebatku. Orgasme yang tak pernah aku dapatkan dari ketiga istriku..." Batin Pak darjo sembari menghempas-hempaskan pinggul gemuknya, memerah semua spermanya untuk masuk kedalam rahim Citra. Sejenak, Pak Darjo terdiam. Sambil terus menatap wajah ayu Citra yang damai karena baru mendapatkan orgasmenya, Pak Darjo pun tersenyum penuh arti.

Keduanya nampak begitu capai. Terkulai lemas. Hingga akhirnya Pak Darjo menghempaskan tubuh gemuknya disamping tubuh ramping Citra. Tak lama kemudian, mereka berdua tertidur di bawah panasnya udara siang yang begitu menyengat. Tertidur dengan tanpa mengenakan selembar pakaianpun. Tertidur dengan pintu depan yang masih terbuka lebar.


poker online terpercaya





casino online

Agen Bola Terpercaya